Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Bupati Sumbawa, Mahmud Abdullah menyatakan akan melakukan ekspor dengan tujuan ke Filipina sebanyak 6 ribu ton di tahap pertama oleh PT Seger Agro Nusantara. 6,6 ribu ton jagung lainnya dikirim dalam tahap kedua, juga pada bulan Mei.
Ia menjelaskan, serapan pasar kepada komoditas jagung menurun, meski hasil panen berlimpah. Pemerintah daerah bersama Kementerian Pertanian pun mendorong ekspor jagung agar harga tetap stabil.
"Saat ini Kabupaten Sumbawa sedang ada di puncak panen raya, namun fakta di lapangan memperlihatkan adanya penurunan harga dan gudang yang penuh karena menurunnya permintaan pasar dalam negeri," kata Mahmud saat menyerahkan penyerahan sertifikat ekspor kesehatan Karantina Pertanian Sumbawa kepada eksportir di Pelabuhan Badas, Sumbawa, Jumat (15/5).
Mahmud mengatakan, kesejahteraan petani harus diutamakan. Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil yang dihubungi secara terpisah menyampaikan dukungan terhadap upaya tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Jamil, Kementerian Pertanian mengawal 11 komoditas pokok agar dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama di tengah situasi pandemi Covid-19. Komoditas itu meliputi beras, jagung, bawang merah, bawang putih, cabai besar, cabai rawit, daging sapi atau kerbau, daging ayam ras, telur ayam ras, gula pasir, dan minyak goreng.
Jika stok kebutuhan dalam negeri sudah tercukupi, maka ekspor jadi pilihan untuk mengangkat pendapatan petani, sekaligus memberi pasokan untuk negara lain. Jamil mengungkapkan bahwa Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menginstruksikan agar para pelaku usaha pangan untuk berkontribusi menjaga stok dan harga stabil.
"SYL juga mengajak semua pihak agar tidak mengambil keuntungan dari keadaan abnormal akibat wabah virus corona," kata Jamil.
 Provinsi Sumbawa didukung oleh Kementerian Pertanian dan Badan Karantina Pertanian (Barantan) melakukan ekspor jagung ke Filipina pada Mei 2020. (dok. Kementerian Pertanian) |
IB Putu Raka Ariana, Kepala Karantina Pertanian Sumbawa memaparkan pihaknya terus mendorong kinerja ekspor di wilayah kerja. Antara lain, dengan menerapkan
sistem in line inspection, yaitu kerja sama Barantan dengan dinas pertanian setempat guna menjaga kualitas, mulai dari penanaman hingga pasca panen.
Selain itu, juga diterapkan pelayanan jemput bola, yakni pemeriksaan yang dilakukan langsung di gudang pemilik, serta pengawasan dan pemenuhan persyaratan lain sesuai kebutuhan negara tujuan ekspor, seperti fumigasi dan pemeriksaan laboratorium.
Ferry Setyawan Sutrisno, perwakilan eksportir PT Seger Agro Nusantara menjelaskan bahwa pihaknya memiliki kapasitas gudang sebesar 10 ribu ton, sehingga setiap hari harus menampung seribu ton jagung dari petani. Sementara, pasar penjualan industri pakan ternak di Pulau Jawa sudah mengurangi pembelian karena stok masih mencukupi.
Saat itu, Ferry mengungkapkan kekhawatiran jika kondisi serupa terus berlanjut, gudangnya tidak dapat membeli dan menampung hasil panen dari petani.
Salah satu sentra produksi jagung nasional adalah provinsi Nusa Tenggara Barat. Data Badan Ketahanan Pangan Provinsi NTB pada 2018 mencatat luas panen jagung di Kabupaten Sumbawa sebesar kurang lebih 326 ribu ha, dengan rata-rata produktivitas 6,6 ton per hektar. Berdasar data IQFAST Karantina Pertanian Sumbawa, ekspor jagung pada 2018 tercatat 109 ribu ton dengan enam eksportir, sementara pada 2019 hasil produksi sepenuhnya diserap pasar dalam negeri.
(rea)