Kemenkeu Ramal Defisit APBN 2021 Bisa Capai 4,17 Persen PDB

CNN Indonesia
Kamis, 21 Mei 2020 11:15 WIB
Kantor Kementerian Keuangan RI. CNNIndonesia/Safir Makki
Kemenkeu memperkirakan tekanan terhadap anggaran negara berkurang pada 2021. Ilustrasi. (CNNIndonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 berkisar 3,21 persen hingga 4,17 persen. Angkanya lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi APBN 2020 yang mencapai 6,27 persen.

"Bahwa 2021 defisit bisa di sekitar 3,21 persen sampai 4,17 persen dari produk domestik bruto (PDB)," ungkap Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Askolani dalam video conference, Rabu (20/5).

Ia bilang tekanan untuk anggaran negara mulai berkurang tahun depan seiring dengan potensi situasi ekonomi yang membaik. Namun, untuk angka pasti defisit tahun depan masih harus dibahas di internal pemerintah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Resminya nanti di pidato Pak Presiden (Jokowi) pada Agustus 2020," imbuh Askolani.

Menurut dia, defisit anggaran 2021 mendatang akan menjadi bahan evaluasi pemerintah dalam menyusun anggaran negara pada 2022 dan 2023. Pasalnya, pemerintah berharap angka defisit bisa kembali di bawah 3 persen pada 2023 mendatang.

"Kalau dilihat dalam tiga tahun ke belakang pemerintah berhasil mengendalikan defisit APBN dari 2,5 persen ke 1,8 persen dan keseimbangan primer mendekati nol persen," tutur Askolani.

Sebelumnya, pemerintah memproyeksi defisit APBN 2020 membengkak menjadi 5,07 persen dari target sebelumnya yang hanya 1,76 persen terhadap PDB. Namun, pemerintah kembali merevisi target defisit APBN 2020 menjadi 6,27 persen terhadap PDB.

"APBN akan defisit Rp1.028,5 triliun atau 6,27 persen dalam rangka mendorong ekonomi bertahan dalam menghadapi tekanan virus corona," ucap Menteri Keuangan Sri Mulyani belum lama ini.

[Gambas:Video CNN]

Pelebaran defisit tersebut dilakukan karena meningkatnya pembiayaan anggaran dan berkurangnya pendapat. Pendapatan negara diprediksi turun dari Rp1.760,9 triliun menjadi Rp1.691,6 triliun karena perluasan insentif perpajakan dari pemerintah.

Sementara itu, belanja negara diperkirakan naik dari Rp2.613,8 triliun menjadi Rp2.720,1 triliun. Rinciannya, belanja pusat naik dari Rp1.851,1 triliun menjadi Rp1.959,4 triliun dan Transfer ke daerah dana dana desa (TKDD) naik dari Rp760,7 triliun menjadi Rp762,2 triliun.

(aud/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER