Jakarta, CNN Indonesia --
Fiji Airways, maskapai
penerbangan internasional, melakukan pemutusan hubungan kerja (
PHK) dengan 758 stafnya. Jumlah itu sekitar 51 persen dari total tenaga kerja maskapai negara kepulauan di selatan Samudra Pasifik.
Kepala Eksekutif Fiji Airways Andre Viljoen menuturkan keputusan PHK karena banyaknya pembatasan perjalanan yang mengakibatkan sektor pariwisata, sektor vital, Fiji menjadi beku. Bahkan, pendapatan maskapai negara itu nyaris nol.
Ia menyebut kondisi saat ini menyedihkan karena penangguhan penerbangan yang berkepanjangan berarti tidak ada lagi pekerjaan untuk sebagian besar tenaga kerja perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami memutuskan untuk melepaskan 758 staf. Sedang sisanya akan menghadapi pemangkasan gaji permanen sebanyak 20 persen. Realitas menyedihkan," ujarnya, dilansir
AFP, Senin (25/5).
Staf Fiji Airways, Viljoen mengklaim, menyetujui pemangkasan gaji hingga 35 persen sebelum manajemen akhirnya memutuskan PHK.
Ia juga memastikan Fiji Airways belum akan menerima pendapatan dalam beberapa bulan ke depan. Maklum, bisnis maskapai di Fiji sangat bergantung pada pariwisata setempat, terutama dari Australia dan Selandia Baru.
"Masalahnya, hampir semua penerbangan ditangguhkan. Berarti, kami sama sekali tidak memiliki pekerjaan, nol pendapatan dalam beberapa bulan mendatang," jelasnya.
Saat ini, manajemen perusahaan tengah membicarakan peluang untuk meraup turis dari negara-negara di Pasifik Selatan yang mampu mengendalikan virus di negaranya. Hal ini memungkinkan untuk membuka sektor pariwisata Fiji.
Namun demikian, detail dari pelonggaran itu masih sedang dikerjakan dan implementasi dari kebijakan itu akan memakan waktu beberapa bulan ke depan.
Sebab, Australia dan Selandia Baru sendiri menerapkan pembatasan ketat bagi warga negaranya untuk melakukan perjalanan ke luar negeri dan memberlakukan karantina dalam dua pekan untuk semua kedatangan internasional.
Fiji sendiri melaporkan 18 kasus covid-19, tanpa kematian. Dalam satu bulan terakhir ini, tidak ada kasus baru yang dilaporkan.
[Gambas:Video CNN] (afp/bir)