Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri BUMN
Erick Thohir menyatakan belum semua perusahaan pelat merah siap dan melaporkan protokol kesehatan jelang periode
new normal. Dari hasil pemetaan awal, baru 86 dari sekitar 140
BUMN yang telah menyiapkan protokol covid-19.
Sebelumnya, protokol covid-19 dibuat untuk mencegah penyebaran virus corona di tengah aktivitas usaha saat periode
new normal. "Kami
mapping dari awal, alhamdulillah hasil
mapping kita 86 BUMN siap. Yang menarik ada (BUMN) yang enggak siap. Yang enggak siap ini kami pandu supaya mereka tidak bikin blunder di lapangan," ujar Erick dalam webminar bertajuk Silaturahome, Selasa (26/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Erick, persiapan itu belum merata karena karakteristik bisnis yang berbeda di masing-masing perusahaan pelat merah.
"Protokol covid-19 tentu berbeda di masing-masing BUMN, karena kan ada bisnis logistik seperti
airport pelabuhan ini pasti beda dengan yang pertambangan," ujarnya.
Percepat Klaster BUMN KesehatanSelain mempersiapkan protokol kesehatan, Erick juga berencana untuk mempercepat klaster BUMN kesehatan dengan melibatkan perusahaan farmasi dan rumah sakit pelat merah. Hal itu dilakukan untuk menyediakan ekosistem kesehatan yang terintegrasi di era
new normal."Kami mau membangun kesehatan terintegrasi. Ini jadi kunci. Ini harus menjadi sinergi, tidak bisa berdiri sendiri," ucapnya
Ia juga memastikan BUMN yang tergabung dalam kluster rumah sakit dan farmasi itu tetap akan memiliki fokus masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan tiga fokus penanganan covid-19 oleh pemerintah pelacakan pasien (
tracing), pengetesan (
test), dan perawatan (
treat).
"Ini yang akan kami garap ke depan supaya ketergantungan terhadap produk impor itu berkurang, termasuk ventilator buatan lokal," tuturnya.
Selain ekosistem kesehatan terintegrasi, kata Erick, nantinya klaster BUMN rumah sakit dan farmasi itu juga akan berfokus untuk memperkuat kapabilitas kesehatan domestik dan berfokus pada tindakan preventif.
Biofarma, misalnya, akan difokuskan untuk membantu penemuan vaksin virus corona dengan menjalin kerjasama dengan sejumlah lembaga baik dalam maupun luar negeri.
"Biofarma dari dua bulan yang lalu coba mencari solusi. Kami bicara dengan Sinovac dari Cina. Kami bicara juga dengan CEPI (
Coalition for Epidemic Preparedness Innovations) dari organisasi internasional di Eropa, juga pihak kesehatan kita, bersama Eijkman juga untuk melihat vaksin ini," tuturnya.
[Gambas:Video CNN]Sementara, Kimia Farma akan difokuskan pada peningkatan kapasitas dan kualitas suplai obat-obatan di dalam negeri dan Indofarma akan berfokus pada pengembangan obat-obatan herbal.
"Kimia farma nanti lebih ke obat-obat
chemical, biofarma dia akan fokus ke bioplasma, vaksin, dan lain-lain. Indofarma ini yang penting, dia harus berpihak pada industri herbal kita. Meski pun mereka fokus pada kesehatan, saya mau mereka lebih fokus lagi," terang Erick.
(hrf/sfr)