Jakarta, CNN Indonesia --
Softbank Group, raksasa teknologi asal Jepang, menyiapkan dana US$100 juta atau setara Rp1,41 triliun (kurs Rp14.100 per dolar AS) bagi pengusaha
kulit hitam di tengah permasalahan rasisme di Amerika Serikat (
AS). Dana itu akan diinvestasikan melalui suntikan modal untuk perusahaan modal ventura.
Wakil Presiden Eksekutif Softbank Marcelo Claure menerangkan pendanaan hanya akan diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang dipimpin atau didirikan oleh pengusaha dengan kulit berwarna.
"Hanya akan berinvestasi di perusahaan yang dipimpin oleh pendiri dan pengusaha (berkulit) warna (selain kulit putih)," ungkapnya seperti dikutip dari
AFP, Kamis (4/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, sambungnya, kebijakan ini juga bertujuan mendukung perusahaan rintisan (startup). Sebab, menurut catatannya, perusahaan startup umumnya dikuasai oleh pendiri dan pimpinan berkulit putih dan berbasis di Silicon Valley, markas perusahaan teknologi yang berbasis di San Francisco, AS.
"Hanya satu persen pendiri yang didukung venture capital (modal ventura) berkulit hitam," ucapnya.
Kendati begitu, Softbank belum memberi skema lebih rinci terkait rencana tersebut. Misalnya, berapa besaran dana yang sekiranya bisa didapat masing-masing perusahaan hingga berapa banyak jumlah perusahaan yang bisa mendapat dana tersebut.
Softbank sendiri sebelumnya sempat memberi kucuran investasi dalam bentuk kepemilikan saham di perusahaan-perusahaan teknologi yang ada di Silicon Valley. Secara total, aliran investasi mencapai US$100 miliar.
Namun belum lama ini, Softbank merugi karena redupnya investasi di WeWork. Selain itu, Softbank 'kian sengsara' karena baru ditinggal pendiri Alibaba Jack Ma dari kursi dewan direksi perusahaan pada bulan lalu.
Persoalan rasisme tengah terjadi di AS. Pemicunya adalah kematian George Floyd, seorang warga berkulit hitam, di tangan seorang polisi di Minneapolis, Minnesota, AS.
Usai kejadian itu, berbagai aksi demonstrasi muncul di Negeri Paman Sam. Bahkan, aksi kepedulian rasis juga muncul di negara-negara lain di dunia dan menjadi perhatian banyak pihak, dari komunitas, pengusaha, hingga pejabat pemerintahan.
Beberapa perusahaan di AS pun sejatinya mengeluarkan kecaman akan aksi rasis tersebut, misalnya Apple. Begitu pula dengan Bank of America. Mereka memberikan aliran dana untuk mendukung komunitas advokasi.
[Gambas:Video CNN] (uli/bir)