Stafsus Airlangga Ramal Ekonomi Kuartal II Minus 4 Persen

CNN Indonesia
Rabu, 10 Jun 2020 19:55 WIB
Deretan gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (7/5/2020). Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 2,3 persen pada tahun ini akibat pandemi virus Corona atau COVID-19.  ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nz
Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Reza Yamora meyakini ekonomi akan mulai bangkit pada kuartal III dan IV setelah anjlok pada kuartal II 2020. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 anjlok hingga minus 4 persen. Kondisi ini tak lepas dari hantaman pandemi virus corona pada aktivitas ekonomi.

Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Reza Yamora menilai pertumbuhan negatif dipicu oleh dampak Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan di berbagai daerah sejak beberapa bulan terakhir.

"Kuartal II 2020 memang ekspektasi negatif, enggak tahu di mana posisi official-nya. Kalau saya lihat di pasar, ekspektasi market itu negatif 3-4 persen di kuartal II. Menurut saya, itu angka cukup konsisten dengan apa yang kami lihat dari data kami," ungkapnya lewat video conference pada Rabu (10/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, ia menilai proyeksi tersebut sejalan dengan harapan pemulihan ekonomi pada kuartal III dan ke IV 2020.

Karenanya, ia optimistis pemerintah dapat mencetak pertumbuhan positif dengan ekspektasi tinggi di kisaran 3-4 persen sementara ekspektasi rendah di kisaran 0,5-1 persen.

Meski dampak pandemi tidak terhindarkan,  Reza menilai kunci pemerintah keluar dari jebakan pertumbuhan minus telah dilakukan sejak dini dengan penyaluran bantuan sosial (bansos) berupa uang tunai, program Kartu Prakerja, dan berbagai insentif perekonomian lainnya.

Ia bilang, saat ini pemerintah berfokus pada pemulihan ekonomi domestik dengan menjaga daya beli masyarakat. PSBB Jakarta yang akan dilonggarkan minggu depan dinilainya akan menjadi titik balik (rebound) ekonomi nasional secara bertahap.

Ia pun memperingatkan potensi infeksi virus corona gelombang kedua ketika PSBB dilonggarkan. "(Kalau terjadi), gelombang kedua biasanya hampir langsung terjadi begitu PSBB dilonggarkan, mudah-mudahan besarnya gelombang kedua bisa dalam pengawasan pemerintah," terangnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 sebesar 2,97 persen atau yang terendah sejak 2001.

"Kalau kami lihat itu (pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020) terendah sejak kuartal I tahun 2001," ujar Kepala BPS Suhariyanto melalui video conference, Selasa (5/5).

Namun demikian, ia menuturkan angka tersebut tidak dapat dibandingkan. Pasalnya, kondisi saat ini juga berbeda dibandingkan 19 tahun silam.

Saat ini, lanjutnya, kondisi ekonomi dipenuhi ketidakpastian akibat pandemi virus corona (Covid-19).

[Gambas:Video CNN]

"Menurut saya tidak bisa dibandingkan seperti itu karena situasi yang kita hadapi sekarang beda, diliputi ketidakpastian. Sudah banyak dilakukan upaya tapi kami tidak tahu sampai kapan covid-19 ini bisa berlalu," katanya.

Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 jauh lebih rendah dibandingkan kuartal I 2019 sebesar 5,07 persen. Angka tersebut merosot dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2019 yakni 4,97 persen.

(wel/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER