Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah masyarakat mengeluhkan kenaikan tagihan
listrik yang mereka bayar ke PT
PLN (Persero). Padahal, pemakaian dirasa sama saja dari bulan-bulan sebelumnya.
Salah satunya, Rizka Annisa (27), warga Kecamatan Cinere, Kota Depok, Jawa Barat. Mulanya, ibu rumah tangga dengan satu anak ini tidak sadar dengan kenaikan tersebut, namun komentar netizen di media sosial membuatnya penasaran untuk ikut memeriksa tagihan yang dibayarnya.
"Akhirnya saya cek tagihan listrik, dan ternyata naik dengan perkiraan Rp200 ribu hingga Rp300 ribu. Padahal, pemakaian sama saja," ujarnya kepada
CNNIndonesia.com, belum lama ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Rizka, tagihan listrik yang semula di kisaran Rp900 ribu sampai Rp1 juta per bulan, kini meningkat jadi Rp1,2 juta pada Mei 2020.
Pengguna listrik berkapasitas 1.300 VA itu sempat curiga, jangan-jangan PLN melakukan kenaikan listrik secara diam-diam di tengah kebijakan listrik gratis untuk pengguna 450 VA dan diskon tarif untuk pengguna 900 VA subsidi.
"Kami yang kapasitas besar malah dinaikkan macam subsidi silang tanpa pemberitahuan," katanya.
Selain di kalangan rumah tangga, kenaikan tagihan listrik rupanya juga dikeluhkan di sektor usaha kecil. Salah satunya, Teguh Wuryanto, tukang las di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Bahkan, tagihan listrik yang dibayarkannya membengkak hampir 10 kali lipat, dari rata-rata di bawah Rp2 juta menjadi Rp20 juta pada Mei 2020. Teguh sempat menceritakan keluhannya di media sosial dan menjadi viral.
"Bulan Maret dan April itu tetap sama, Mei ternyata tagihan saya membengkak, saya ditagih Rp20 juta," ucap Teguh seperti dikutip dari CNN TV.
Tak hanya Rizka dan Teguh, kenaikan tagihan listrik rupanya juga dirasakan oleh Anggota DPR sekaligus Wakil Ketua Partai Gerindra Fadli Zon. Bahkan, ia menanyakan hal tersebut langsung ke PLN melalui akun Twitter pribadinya, @fadlizon.
"Memang, banyak keluhan tagihan listrik melonjak. Saya juga mengalami yang sama. @pln_123 harus transparan atas keluhan2 di masyarakat. Kenapa tagihan listrik makin melonjak? Ada privatisasi?" tulis Fadli.
Khusus keluhan Fadli Zon, Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman sempat memberikan jawaban. Menurutnya, manajemen PLN UP3 Ciracas sudah datang ke rumah Fadli di Kelurahan Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.
"Hasil pembacaan terbukti normal dan pemakaian Juni 2020 terjadi kenaikan 15 persen dibanding pemakaian Mei 2020. Tidak ada kenaikan tarif listrik oleh pemerintah," terang Fadjroel di akun Twitter pribadinya.
Seketika, cuitan ini direspons langsung oleh Fadli. "Info twit ini salah. Dia tak datang ke rumah saya di Pondok Labu tapi ke Cimanggis, Depok, Rumah Kreatif saya. Saya tunggu @pln_23 di Benhil segera sekalian mau tanya apa betul pakai buzzer. Nanti saya tunjukkan tagihan-tagihan," balas Fadli kepada Fadjroel.
Keluhan lain juga datang dari Tompi, penyanyi yang juga berprofesi sebagai dokter. Ia melempar cuitan di Twiiter yang menyatakan bahwa tagihan PLN meningkat, bahkan tanpa pemberitahuan dari manajemen perusahaan setrum negara itu.
"TAGIHAN PLN MENGGILA! Ini dari PLN kagak ada konfirmasi-konfirmasi main sikat aja," keluh Tompi.
Keluhan itu kemudian sempat dibalas oleh Twitter PLN. Dalam balasannya, PLN memohon maaf atas kendala yang dialami Tompi. Selain itu, PLN memintanya untuk memberikan ID pelanggan, sehingga bisa dibantu untuk pemeriksaan penggunaan listrik melalui fitur direct message di Twitter.
"Besok saya kirim ya. Itu kantor kosong gak dipake karena hampir 3 bulan tutup," jawab Tompi.
Atas berbagai keluhan, SEVP Bisnis dan Pelayanan Pelanggan PLN Yuddy Setyo Wicaksono menjelaskan kenaikan tagihan listrik masyarakat tidak terjadi karena peningkatan tarif. BUMN di bidang kelistrikan itu tidak melakukan perubahan tarif dasar listrik.
Hanya saja, ada perubahan skema pencatatan meter kWh penggunaan listrik. Semula, PLN menggunakan hitungan meter kWh pelanggan sesuai penggunaan listrik rata-rata pelanggan di bulan-bulan sebelumnya.
Ketentuan ini dijalankan karena pandemi virus corona atau covid-19 membuat perusahaan harus melakukan pembatasan petugas yang turun ke lapangan untuk mencatat langsung meter kWh penggunaan listrik pelanggan. Sebab, PLN tidak ingin membahayakan petugas dan pelanggan di tengah pandemi corona.
Kemudian, ketentuan itu berubah. Sebab, perusahaan sudah menerjunkan lagi petugas ke lapangan untuk melakukan pencatatan meter kWh sesuai penggunaan listrik yang sebenarnya. Ternyata, dari hasil pemantauan memang ada kenaikan pemakaian listrik oleh pelanggan.
Umumnya, hal ini terjadi karena dua hal. Pertama, skema kerja dari rumah (work from home), sehingga penggunaan listrik yang semula terbagi di tempat kerja, sekolah, dan lainnya, kini hanya di rumah.
"Pas WFH itu, drakor jadi banyak yang tahu, karena kegiatannya di rumah, jadi nonton drakor di rumah, main game sepanjang waktu di rumah. Ini hiburan yang hindari keluar rumah dan berhubungan dengan listrik," imbuh Yuddy.
Kedua, aktivitas masyarakat yang cenderung meningkat selama periode puasa. Sebab, jam sahur dan buka membuat durasi penggunaan listrik menjadi lebih panjang.
[Gambas:Video CNN]Kendati begitu, Yuddy bilang PLN telah memberikan solusi atas berbagai keluhan pelanggan. Pertama, pelanggan bisa memeriksa langsung catatan penggunaan listrik yang ada di pendataan PLN dengan menghubungi call center di 123, PLN Mobile, hingga situs resmi.
Setelah itu, PLN akan memberikan data lengkap penggunaan listrik pelanggan. Kedua, bila terbukti ada kenaikan, pelanggan bisa mencicil pembayaran tagihan listrik.
Misalnya, tagihan listrik pelanggan rata-rata sebesar Rp1 juta pada bulan sebelumnya. Lalu, meningkat jadi Rp1,6 juta. Maka, pelanggan hanya perlu membayar Rp1 juta ditambah 40 persen dari total kenaikan Rp600 ribu atau setara Rp260 ribu pada bulan tagihan.
Sisanya, sekitar 60 persen atau Rp360 ribu bisa dibayar dalam tiga kali cicilan pada Juli, Agustus, dan September 2020. Masing-masing pembayaran sebesar 20 persen atau Rp120 ribu per bulan.
(uli/bir)