70 Persen Penumpang Garuda Tunda Terbang karena Corona

CNN Indonesia
Selasa, 16 Jun 2020 17:23 WIB
Pesawat Garuda Indonesia.  CNNIndonesia/Safir Makki
Garuda Indonesia kelimpungan karena 70 persen pelanggan mereka menunda terbang selama 6 bulan karena corona. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menyebut 60 persen-70 persen pelanggan mereka memutuskan menunda terbang karena pandemi COVID-19. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan riset internal yang dilakukan Garuda Indonesia.

"Riset menunjukkan 60-70 persen mereka yang biasa traveling mengatakan I will wait and see. Kebayang kan kalau 60 persen ini menunda sampai enam bulan, bisa kebayang kan bahwa pesawatnya 60 persen akan grounded (dikandangkan) untuk enam bulan ke depan. Ini sih kami bukan survival mood (bertahan) lagi, tapi mati suri," kata Dirut Garuda Indonesia Irfan Setiaputra seperti dikutip dari Antara, Selasa (16/6).

Irfan menambahkan masalah tak hanya dialami Garuda sendiri. Sejumlah maskapai lain, contohnya Thai Airways bahkan sudah menyatakan bangkut karena kondisi tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tengah situasi tersebut, Irfan menyatakan pihaknya akan terus bertahan. Untuk itu, pihaknya akan mencari cara agar pelanggan bisa yakin terbang lagi dengan nyaman tanpa khawatir tertular COVID-19.

"Kami minta dukungan semua pihak. Kami lagi cari cara bagaimana caranya, kita bisa duduk bertiga di dalam satu pesawat tapi aman. Apakah pakai pembatas, atau bilang 'kamu jangan tengok kanan kiri, napasnya ditahan enggak gitu. Pokoknya kami cari cara agar orang merasa nyaman juga aman. Kan naik pesawat terbang ini industri kebahagiaan, jangan di dalam pesawat merasa enggak bahagia, merasa terdesak, atau begitu naik pesawat Oh Ini ICU apa bukan ya? semuanya pakai APD, ketutupan semua," katanya.

Ia mengaku dalam mencari cara tersebut, Garuda mendapatkan keluhan. Keluhan salah satunya terkait pramugari yang menggunakan masker.

Pelanggan mengeluh karena senyum pramugari tak terlihat. Untuk itu ia menggantinya dengan pelindung wajah (face shield).

"Jadi interaksi humanis di dalam pesawat tetap terjadi, tapi minimal dan kemudian semua orang merasa aman tapi juga nyaman. Teknologi kami terapkan, tapi kami sangat terbuka dengan ide-ide kreatif. Apalagi kalau di pesawat bisa aman dan nyaman, bisa terisi 100 persen, wah kami lebih senang lagi," katanya.

[Gambas:Video CNN]




(agt/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER