Jakarta, CNN Indonesia --
Kemunculan pandemi virus corona berdampak tidak hanya pada aspek kesehatan, tetapi juga sosial dan ekonomi. Kebijakan pemerintah membatasi kegiatan masyarakat untuk mencegah penularan covid-19, membuat aktivitas ekonomi lumpuh.
DKI Jakarta, sebagai episentrum pandemi mendapatkan pukulan paling besar. Sebab, selain ibu kota negara, DKI Jakarta juga merupakan pusat bisnis Indonesia. Guna mencegah penularan, Gubernur DKI Anies Baswedan mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Selama masa PSBB, pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menutup seluruh aktivitas, kecuali delapan sektor. Delapan sektor yang masih bisa beroperasi yakni kesehatan, pangan, energi, komunikasi, distribusi barang, keuangan dan perbankan, kebutuhan sehari-hari, dan sektor industri strategis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Imbasnya, sejumlah sektor di DKI Jakarta terpuruk akibat pemberlakuan PSBB. Masa berlaku PSBB dimulai pada 10 April, kemudian terus diperpanjang lantaran jumlah kurva tambahan kasus positif tak kunjung turun.
Saat ini DKI Jakarta masih menjalaniP SBB transisi. Namun, jika kasus kembali naik selama masa transisi, maka PemprovDKI Jakarta akan memberlakukan kembali kebijakanPSBB.
"Jadi, kegiatan lain akan dianjurkan untuk bekerja dari rumah. Dan, delapan sektor ini, sektor kesehatan misalnya, diizinkan untuk tetap berkegiatan," ujar Anies, Selasa (7/4) lalu.
CNNIndonesia.com merangkum sejumlah sektor yang terpuruk akibat pandemi covid-19:
Pariwisata
Sektor pariwisata menjadi sektor yang paling pertama kena dampak covid-19. Sebab, PSBB membatasi aktivitas masyarakat di luar rumah sehingga secara otomatis sektor pariwisata kehilangan banyak pengunjung. Kondisi serupa terjadi di DKI Jakarta yang merupakan episentrum covid-19.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memutuskan untuk menutup sementara seluruh tempat wisata milik Pemprov DKI Jakarta mulai 14 Maret. Belasan objek wisata tutup antara lain, kebun binatang Ragunan, Monumen Nasional (Monas), Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dan sejumlah museum milik Pemprov DKI Jakarta.
Saat ini, sejumlah tempat wisata sudah mulai dibuka sejalan dengan pelonggaran PSBB di ibu kota. Secara nasional, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada April 2020 hanya 160 ribu kunjungan. Jumlah itu anjlok 87,44 persen dibandingkan April 2019 sebanyak 1,27 juta kunjungan.
Sementara itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio memprediksi devisa dari sektor pariwisata anjlok hingga 50 persen akibat pandemi. Ia memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan tahun ini hanya 5 juta kunjungan dari tahun lalu mencapai 16 juta wisatawan.
"Devisa kurang lebih tahun lalu US$20 miliar dari pariwisata, mungkin tahun ini bisa (berkurang) separuhnya bahkan lebih dari separuhnya bisa hilang dari devisa pariwisata," ucap Wishnutama.
Industri pariwisata diramal baru bangkit (rebound) tahun depan. Ini karena sektor pariwisata membutuhkan waktu untuk kembali beroperasi.
Sektor Perhotelan, Restoran, dan MICE
Keterpurukan sektor pariwisata menular pada industri perhotelan, restoran, dan meetings, incentives, conferences and exhibitions (MICE). Pasalnya, sektor tersebut merupakan komplementer dari pariwisata.
Pengamat pemasaran Inventure Consulting Yuswohady mengatakan tingkat keterisian (okupansi) hotel hampir mendekati nol persen. Kondisi ini memaksa pemilik hotel memutar otak untuk bertahan di tengah covid-19. Namun, sebagian yang tidak mampu bertahan memilih untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada karyawan.
"Banyak upaya dilakukan di situasi ini, mulai dari diskon super besar, menawarkan fasilitas work from hotel, banting setir melayani online food delivery (layanan antar makanan), atau memberikan layanan cleaning services ke rumah-rumah," ujarnya dalam paparan The Rise of Stay at Home Economy, dikutip Minggu (21/6).
Data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mengungkapkan setidaknya 8.000 restoran dan 1.600 hotel tutup sementara secara nasional akibat covid-19 hingga awal Mei. Datanya, masih bersifat dinamis karena kasus covid-19 tak kunjung reda.
"Sebetulnya, data itu juga bukan angka aktual, di lapangan pasti lebih banyak dari itu. Data itu hanya pengelola yang lapor ke PHRI," Wakil Ketua Umum PHRI Maulana Yusran belum lama ini.
Selama PSBB transisi, Pemprov DKI Jakarta mulai melonggarkan sejumlah aktivitas. Namun, Yusran menuturkan sektor perhotelan dan restoran membutuhkan waktu untuk bangkit kembali. Pemulihan ini bergantung pada kondisi permodalan dan pangsa pasar.
[Gambas:Video CNN]
Mal
Mayoritas pusat perbelanjaan atau mal di DKI Jakarta memutuskan menutup sementara kegiatan operasional untuk menekan penyebaran virus corona. Namun, pengelola masih membuka gerai kebutuhan sehari-hari dan farmasi.
Keputusan ini tak luput dari turunnya pengunjung akibat imbauan jaga jarak fisik (physical distancing) untuk mencegah penularan virus corona. Dampak penutupan sementara ini, banyak pekerja terpaksa dirumahkan hingga mengalami PHK.
Yuswohady mengatakan sebetulnya mal telah beralih fungsi sebagai leisure dan tujuan kuliner bukan lagi tempat belanja sejak sebelum pandemi. Dengan pandemi, lanjutnya, maka kondisinya memburuk. Bahkan, survei Nielsen mengungkapkan 50 persen masyarakat telah mengurangi kunjungan ke pusat perbelanjaan akibat Covid-19.
Namun, mulai 15 Juni lalu 80 mal di DKI Jakarta kembali beroperasi. Sejumlah aturan pun diterapkan bagi pengunjung maupun pekerja. Misalnya, pengunjung maksimal dibatasi 50 persen dari kapasitas, wajib menggunakan masker dan suhu tubuh pengunjung di bawah 37,5 derajat celcius, pembatasan kapasitas lift dan eskalator, serta aturan lainnya.
"Ini penting untuk meyakinkan masyarakat bahwa kunjungan mereka ke pusat belanja akan disertai dengan pengawasan dan perhatian besar dari pengelola pusat belanja dalam hal ini menyangkut masalah keamanan dan kenyamanan," ujar Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DPD DKI Jakarta Ellen Hidayat.
Berkurangnya mobilitas masyarakat juga memukul sektor transportasi, baik darat, laut, maupun udara. Pengusaha transportasi terpaksa menghentikan sementara operasional armada mereka guna mengurangi jumlah kerugian.
Sekretaris Jenderal Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Aryono mengaku omzet pengusaha bus perkotaan melorot 75 persen hingga tidak mengantongi omzet sama sekali. Kondisi ini tidak hanya terjadi di Jabodetabek. Ia menyebut angkutan di daerah pun hanya tersisa 17 persen hingga 20 persen yang beroperasi.
"Untuk angkutan penumpang sudah turun drastis sekali. Kami merasakan penurunan 75 persen sampai 100 persen," katanya belum lama ini.
Kondisi serupa juga dialami maskapai penerbangan. Bahkan, Lion Air Group dan AirAsia sempat menghentikan layanan penerbangan penumpang lantaran sepi. Namun, sejalan dengan pelonggaran PSBB, maskapai telah kembali membuka layanan penerbangan mereka.
Untuk bisa terbang, penumpang wajib memenuhi sejumlah syarat. Salah satunya, penumpang domestik wajib menyertakan dokumen hasil rapid tes dengan hasil non reaktif yang berlaku 3 hari, atau surat keterangan uji tes PCR dengan hasil negatif yang berlaku 7 hari pada saat keberangkatan.
Jika daerah asal calon penumpang tidak memiliki fasilitas rapid test atau PCR, maka bisa mencantumkan atau surat keterangan bebas gejala, seperti influenza (influenza-like illness) yang dikeluarkan oleh dokter rumah sakit, atau puskesmas.
Ibarat dua sisi koin, pandemi ternyata memberikan berkah kepada sejumlah sektor. Yuswohady mengatakan sektor yang naik daun itu berkaitan dengan aktivitas masyarakat di rumah karena kebijakan physical distancing serta work and school from home. Kebiasaan tersebut, melahirkan gaya hidup di rumah saja atau stay at home.
"Stay at home economy lahir, awalnya kita tidak mungkin lagi keluar rumah, semua orang harus di rumah. Social distancing ini akan melahirkan new normal," ujarnya belum lama ini.
[Gambas:Video CNN]
Bisnis yang mulai naik daun itu antara lain, perdagangan elektronik atau e-commerce, logistik dan pengiriman, jasa layanan antar makanan, dan layanan streaming.
E-Commerce
Belanja daring atau e-commerce menjadi alternatif saat masyarakat tak bisa keluar rumah untuk belanja. Yuswohady mengatakan berdasarkan survei Nielsen pada Maret lalu, sebanyak 30 persen konsumen Indonesia lebih sering berbelanja online setelah pemberlakuan physical distancing.
Menurutnya, angka ini cukup menakjubkan karena perubahan perilaku konsumen terjadi hanya dalam rentang waktu kurang dari satu bulan.
"Sekarang kita mungkin masih berbelanja ke luar, tapi dengan PSBB makin ketat, maka semua akan beralih ke online," kata dia.
Ia meyakini belanja online tidak hanya untuk produk fesyen seperti yang terjadi selama ini, tapi mulai mengarah ke sayuran dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Apalagi, platform e-commerce menyediakan pilihan produk yang sangat beragam bagi konsumen.
Layanan e-commerce juga ikut mendorong bisnis UMKM di tengah pandemi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengungkapkan transaksi penjualan online produk UMKM meningkat hingga 350 persen di tengah pandemi virus corona atau covid-19. Peningkatan utamanya untuk bahan pokok dan makanan instan.
"Produk makanan dan minuman herbal atau instan naik 200 persen, produk bahan pokok naik sampai 350 persen," ujar Teten belum lama ini.
Logistik
Meningkatnya permintaan belanja online mendongkrak bisnis logistik. Data Nielsen menyebutkan 40 persen-50 persen masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah mulai dari mengunjungi mal, berbelanja, dan makan di luar. Sebagai gantinya, mereka memanfaatkan jasa pengantaran logistik untuk memenuhi kebutuhan.
"Ketika e-commerce marak, maka bisnis logistik dan pengantaran menjadi ikutan booming," kata Yuswohady.
Layanan Antar Makanan
Pandemi Covid-19 membuat sektor food & beverage memaksimalkan fitur layanan pesan antar makanan. Dengan demikian, masyarakat masih bisa membeli makanan dan minuman tanpa harus datang langsung ke gerai.
Data Nielsen mengungkapkan 22 persen konsumen lebih sering untuk memesan makanan melalui layanan pesan antar dan 19 persen lebih sering untuk melakukan pembelian take-away (di bawa pulang). Meskipun, Pemprov DKI Jakarta mulai memperbolehkan restoran melayani makan di tempat (dine in), namun layanan pesan antar ini diprediksi terus meningkat selama pandemi masih ada.
"Dengan pemberlakuan PSBB, maka intensi konsumen untuk memesan makanan via online akan terus merangkak naik," kata Yuswohady.
Berkurangnya aktivitas di luar meningkatkan penggunaan layanan streaming masyarakat. Sebab, masyarakat masih harus bekerja dan membutuhkan hiburan dari rumah.
Berdasarkan data JustWatch yang diterima CNNIndonesia.com, sebagian besar layanan streaming legal di Indonesia mengalami lonjakan sejak pertengahan Maret hingga Mei sejalan dengan masa PSBB. Netflix, misalnya, melonjak hingga 298 persen. Kemudian, Catchplay 358 persen, Viu 421 persen, dan iflix 518 persen.
Indonesia, bukan satu-satunya negara yang mengalami lonjakan akses layanan streaming karena pandemi. Menurut riset Media Partners Asia (MPA), layanan streaming video di Indonesia naik hingga 60 persen dalam empat bulan terakhir. Selain Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Singapura juga mengalami hal serupa.
"Dengan gangguan dan langkah-langkah lockdown yang diberlakukan selama pandemi Covid-19, total konsumsi mingguan streaming video online mencapai 58 miliar menit pada 11 April 2020 dibandingkan 36,4 miliar pada 20 Januari," tulis laporan tersebut.
[Gambas:Video CNN]