Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi nilai ekspor batu bara sepanjang Januari-Mei 2020 hanya sebesar US$7,77 miliar. Angkanya turun dari 18 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$9,46 miliar.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM Sujatmiko menyebut penurunan nilai ekspor sejalan dengan volume batu bara yang dijual ke luar negeri.
Tercatat, volume ekspor batu bara sepanjang Januari-Mei 2020 hanya 175,15 juta ton, turun 10 persen dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 193,82 juta ton.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk volume ekspor dibandingkan tahun lalu turun 10 persen, sedangkan nilainya turun 18 persen," ucap Sujatmiko dalam video conference, Selasa (30/6).
Sujatmiko menjelaskan penurunan ekspor terjadi lantaran berkurangnya permintaan batu bara dari sejumlah negara, seperti China, India, Jepang, dan Korea. Selain itu, nilai ekspor terjadi karena harga batu bara sendiri menurun di tengah pandemi virus corona.
"Penurunan kinerja ekspor disebabkan juga rendahnya harga minyak di pasar global," imbuh dia.
Kendati turun, Sujatmiko bilang pemerintah tidak mengubah target ekspor batu bara pada 2020. Targetnya masih sama, yakni 435 juta ton.
Untuk mencapai target itu, pemerintah akan membuka pasar baru sebagai tujuan ekspor. Sujatmiko menyatakan sudah melakukan komunikasi dengan Bangladesh dan Pakistan terkait ekspor batu bara.
"Kami membuka pasar-pasar baru yang belum kami pernah dalami, itu Bangladesh dan Pakistan," terang Sujatmiko.
Menurut dia, pihak dari Bangladesh bahkan sudah menghubungi sejumlah penambang batu bara di Indonesia. Ini artinya, sudah ada upaya untuk melakukan kerja sama secara business to business (b to b) atau antar perusahaan di Indonesia dan Bangladesh.
"Kami coba juga kerja sama dengan kedutaan besar Indonesia yang ada di Bangladesh, Brunei, dan Sri Lanka untuk jadi market sounding untuk batu bara Indonesia. Jadi ada government to government (g to g), semacam promosi ke mereka," papar Sujatmiko.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Baru Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan pihak dari Bangladesh dan Pakistan memang sudah sering berkoordinasi dengan Indonesia terkait ekspor batu bara.
Ia setuju jika kerja sama dilakukan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Pakistan serta Bangladesh.
"Bangladesh dan Pakistan sejak beberapa tahun terakhir sudah bolak-balik ke Indonesia. Kami setuju untuk memperkuat g to g," kata Hendra.
Ia berharap upaya ini bisa meningkatkan lagi ekspor batu bara pada 2020. Pasalnya, permintaan dari China sebagai negara tujuan utama ekspor batu bara Indonesia masih terbilang rendah.
"2020 ini dalam waktu singkat rasanya kami belum bisa berharap banyak ke China," ucapnya.
Diketahui, berkurangnya permintaan ekspor dari China karena negara itu sempat menghentikan sejumlah sektor industri dan memprioritaskan penggunaan batu bara dalam negeri. Hal yang sama juga terjadi di India, pemerintah hanya menggunakan batu bara dalam negeri karena kebijakan lockdown pelabuhan selama 21 hari.