Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa pembelian surat berharga negara (SBN) oleh lewat mekanisme burden sharing yang mereka lakukan dalam mengatasi dampak virus corona dapat berdampak pada peningkatan inflasi.
Sebab, burden sharing itu membutuhkan dana sangat besar dan berpotensi memicu peningkatan jumlah uang beredar di masyarakat. Meski demikian, Perry meyakini tingkat inflasi tahun ini masih akan sesuai target yakni di kisaran 3 persen +/- 1 persen karena permintaan masyarakat masih terbatas.
"Dengan mekanisme pembelian ini ada ekspansi likuiditas dampaknya terhadap inflasi seperti apa, responsnya seperti apa? Untuk tahun ini sepanjang pertumbuhan ekonomi atau permintaan belum kuat tentu saja inflasi rendah, respons kebijakan moneter belum diperlukan," ujarnya dalam video conference Senin (6/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perry melanjutkan bank sentral bekerjasama dengan pemerintah juga telah menyiapkan berbagai kebijakan pengendalian inflasi. Respons kebijakan moneter terhadap inflasi juga secara rutin dibahas dalam rapat dewan gubernur BI tiap bulannya.
"Itu adalah kaidah atau kerangka kebijakan moneter yang sudah dilakukan selama ini. Yang kami tekankan, fokus sekarang bagaimana mengatasi covid dan pandemi, sinergi pada penyerapan anggaran dan pendanaan terkait public goods itu memang mekanisme extraordinary," tuturnya.
Seperti diketahui, BI akan membeli SBN pemerintah untuk pembiayaan public goods sebesar Rp397,6 triliun yang meliputi bidang kesehatan, perlindungan sosial serta belanja kementerian lembaga dan pemda. BI juga menjadi menjadi stand by buyer SBN pemerintah di pasar primer jika SBN yang dilepas pemerintah diserap oleh pasar.
Namun, terkait ekspansi moneter tersebut, Perry menuturkan bahwa kelebihan likuiditas bukan merupakan syarat keharusan bagi kenaikan inflasi. Ia menyebut ada variabel keterlambatan yang menyebabkan pertumbuhan jumlah uang beredar tidak berdampak langsung terhadap inflasi untuk periode yang cukup lama.
"Kalau kita bicara dampak ekspansi moneter terhadap inflasi, itu kan panjang, apalagi dalam kondisi sekarang itu yang ekonominya sedang mengalami dampak pandemi covid. Makannya saya sampaikan tahun ini inflasi terkendali," pungkasnya.
(hrf/agt)