Auditor Ernst & Young menyebut kondisi keuangan maskapai AirAsia sedang tertekan hebat. Tekanan datang dari penyebaran virus corona yang terjadi beberapa bulan belakangan ini.
Mereka menyebut virus yang awal mula menyebar dari China tersebut telah memicu penurunan permintaan perjalanan udara. Dampaknya, industri penerbangan, termasuk AirAsia menghadapi krisis besar.
Bahkan karena krisis tersebut, sejumlah maskapai penerbangan dunia sudah mengurangi jumlah karyawan dan beberapa di antaranya sudah keluar dari bisnis tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pembatasan perjalanan dan perbatasan yang diterapkan oleh negara-negara di seluruh dunia telah menyebabkan penurunan permintaan perjalanan udara signifikan yang berdampak pada kinerja keuangan dan arus kas grup (AirAsia)," katanya seperti dikutip dari AFP, (8/7).
"Ketidakpastian juga dapat menimbulkan keraguan signifikan pada kemampuan grup dan perusahaan untuk melanjutkan kelangsungan mereka," tambah mereka.
AirAsia pernah mengguncang perjalanan udara di Asia Tenggara. Dengan slogan "Sekarang semua orang bisa terbang" mereka menawarkan penerbangan berbiaya murah ke masyarakat.
Namun, AirAsia pada Senin (6/7) melaporkan menderita rugi 803 juta ringgit atau US$ 187 juta selama tiga bulan pertama tahun ini. Kerugian disebabkan oleh penyebaran virus corona.