PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA menyatakan laba usaha selama pandemi virus corona turun drastis. Tercatat, pada kuartal I 2020 lalu, laba perusahaan merosot 21 persen yaitu dari Rp1,4 triliun menjadi Rp1,1 triliun.
Sekretaris PTBA Apollonius Andwie menyebut penurunan tersebut disebabkan oleh menurunnya harga jual batu bara. Indeks rata-rata harga batu bara Newcastle sepanjang 2019 yang mencapai US$91,2 per ton, turun tajam menjadi US$63,28 per ton hingga Mei 2020.
"Covid memang mengubah segalanya, prioritas berubah. Industri batu bara juga cukup tertekan," katanya lewat video conference, Selasa (14/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari sisi pendapatan, perusahaan mencatatkan penurunan sebesar 4 persen dari Rp5,3 triliun pada kuartal I 2020 menjadi Rp5,1 triliun pada kuartal I 2020. EBITDA tercatat minus 14,1 persen dari perolehan Rp1,7 triliun pada periode sama 2019 menjadi Rp1,5 triliun pada kuartal I 2020.
Sementara, total penjualan tercatat tumbuh 2,1 persen dari Rp6,6 triliun pada kuartal I 2019 menjadi Rp6,8 triliun kuartal sama tahun ini.
Lebih lanjut, Apollo menyebut terjadi penurunan kuota ekspor sekitar 20 persen sepanjang 2020 akibat lockdown di negara tujuan seperti China dan India.
Oleh karena itu, PTBA bakal mengekspor ke negara lain seperti Brunei Darusalam, Filipina, Thailand dan Taiwan.
"Pasar saat ini mengalami tekanan dalam beberapa bulan ini, yang paling besar kan India terpapar covid cukup parah, pelabuhan di-lockdown. Kami sedang penjajakan ke pasar baru," katanya.
Kendati pasar tengah lesu, PTBA belum merevisi rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB). Target untuk tahun ini masih sama yaitu produksi sebesar 30,3 juta ton.
"RKAB sampai dengan saat ini belum ada pengajuan perubahan," pungkasnya.