Corona Diramal Rugikan Ekonomi Global US$12 T hingga 2021

CNN Indonesia
Senin, 20 Jul 2020 17:55 WIB
Menkeu Sri Mulyani mengungkap corona diprediksi merugikan ekonomi global hingga US$12 triliun atau sekitar Rp176,4 ribu triliun sampai 2021.
Menkeu Sri Mulyani mengungkap corona diramal merugikan ekonomi global hingga US$12 triliun atau sekitar Rp176,4 ribu triliun sampai 2021. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kerugian ekonomi global akibat pandemi virus corona ditaksir mencapai US$12 triliun atau sekitar Rp176,4 ribu triliun (asumsi kurs Rp14.700 per dolar AS) pada 2021.

Sementara itu, dampak krisis akibat ini akan berbeda setiap negara di mana negara dengan fundamental ekonomi tidak kuat berpotensi mengalami krisis utang.

Informasi tersebut terungkap dari bahan paparan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers realisasi APBN semester I 2020, Senin (20/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bendahara negara mengatakan semua negara tengah berjuang untuk mengatasi dampak pandemi kepada perekonomiannya.

"Berbagai negara dengan covid-19 yang melonjak, mereka sudah buka, tapi tutup lagi. Di Australia, Melbourne, Barcelona, negara bagian AS, Beijing, dan lain-lain. Semua alami struggle (berjuang) untuk menghadapi Covid-19 agar tidak terjadi gelombang kedua," ujarnya.

Dalam materi tersebut disebutkan juga semua negara telah menggelontorkan stimulus baik fiskal maupun moneter untuk ekonomi tidak jatuh dalam akibat covid-19.

Bahkan, dukungan fiskal negara-negara G20 nilainya mencapai US$10 triliun yang ditujukan pada sektor kesehatan, perlindungan sosial, pekerja, dan dunia usaha.

Detailnya, dukungan fiskal above the line seperti belanja pemerintah dan insentif fiskal di negara maju anggota G20 sudah mencapai 10,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan, negara berkembang (emerging market) anggota G20 menggelontorkan insentif fiskal sebesar 4,5 persen dari PDB.

Negara anggota G20 juga memberikan stimulus fiskal below the line seperti penjaminan kredit. Tercatat, stimulus fiskal below the line negara maju anggota G20 sudah mencapai 12 persen dari PDB. Sedangkan, negara berkembang anggota G20 sebesar 2 persen dari PDB.

Tak hanya stimulus fiskal, hampir semua negara juga memberikan stimulus moneter. Bentuknya meliputi penurunan suku bunga acuan bank sentral, menjaga penyaluran kredit, dan memastikan stabilitas sistem keuangan.

[Gambas:Video CNN]

Indonesia sendiri menggelontorkan dana penanganan covid-19 termasuk untuk program Pemulihan Ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp695,2 triliun. Dana itu naik dari usulan semula Rp405,1 triliun.

Rinciannya untuk stimulus sektor kesehatan Rp87,55 triliun, perlindungan sosial Rp203,9 triliun, sektoral K/L dan pemerintah daerah Rp106,11 triliun, sektor UMKM Rp123,46 triliun, pembiayaan korporasi Rp53,57 triliun, dan insentif dunia usaha Rp120,61 triliun.

(ulf/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER