Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bursa saham Indonesia mengalami pukulan terberat kedua di kawasan Asia, setelah Filipina.
Secara tahun berjalan (year to date/ytd), per 21 Juli 2020 pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih minus 18,81 persen. Sementara Filipina (PSEI) yang mengalami kontraksi terbesar mencatatkan minus 21,48 persen.
"Dibanding dengan negara-negara lain di regional, Indonesia memang termasuk paling besar kedua setelah Filipina penurunan indeksnya," katanya dalam video conference, Rabu (22/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melengkapi tabel peringat indeks tersebut, Singapore (STI) mencatatkan minus 18,23 persen, diikuti Thailand (SET) dengan minus 12,91 persen. Di peringkat selanjutnya ada Hongkong (HSI) minus 9,06 persen dan Jepang (Nikkei225) yang negatif 3,27 persen.
Sementara, beberapa negara yang telah berhasil bangkit adalah China (Shanghai) tumbuh 8,88 persen dan diikuti Taiwan (TWSE) yang naik 3,34 persen. Lalu, ada Korea Selatan (KOSPI) yang tumbuh 1,42 persen dan Malaysia (KLCI) yang berhasil keluar dari zona merah 0,51 persen.
Lebih lanjut, Yunita mengatakan per 21 Juli 2020, kondisi industri utang dan sukuk atau Indeks Obligasi Indonesia (ICBI) mencatatkan kenaikan sebesar 5,19 persen.
Sejak awal tahun, 33 emiten baru melantai di BEI. Sebanyak 5 di antaranya melakukan penawaran umum dalam bulan ini. Sementara, ada 4 saham yang izin operasinya dicabut OJK.
"Di sektor efek bersifat utang dan sukuk (debt instruments) naik dari kondisi terakhir. Dari ytd, naik 5 persen walau yield-nya agak flat. Perkembangannya masih menggembirakan untuk debt instruments," imbuhnya.