Kementerian ESDM mencatat realisasi bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sampai kuartal pertama tahun ini mencapai 11,51 persen. Pencapaian ini hampir separuh dari target pemerintah, yakni 23 persen pada 2025 mendatang.
Direktur Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM FX Sujiastoto mengatakan perlu kerja keras untuk mencapai target tersebut, lantaran realisasi dan target bauran EBT masih terpaut jauh.
"Untuk mencapai target 23 persen, kita perlu kapasitas EBT pada tahun ini sekitar 20 ribu megawatt (MW). Sehingga, gap ini cukup signifikan dan perlu upaya-upaya percepatan," ujarnya, seperti dilansir Antara, Selasa (28/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab, dalam kurun waktu 3 tahun-4 tahun terakhir, realisasi perkembangan bauran EBT hanya tumbuh rata-rata 500 MW per tahun.
Tanpa upaya percepatan meningkatkan bauran EBT dalam 5 tahun ke depan, lanjut Sujiastoto, realisasinya hanya akan bertambah 2.500 MW pada 2024 mendatang.
Padahal, untuk mencapai target bauran EBT 23 persen pada 2023 nanti, kapasitas terpasang untuk EBT pada 2024 harus mencapai sekitar 20 ribu MW.
Ia mengusulkan agar upaya percepatan bauran EBT berjalan mulus, maka perlu penyelesaian peraturan presiden (perpres) tentang harga EBT.
"Kita akan menyelesaikan perpres harga EBT. Perpres ini, di samping harga, juga mendorong dan menugaskan kementerian-kementerian terkait untuk mendukung kebijakan Kementerian ESDM," terang dia.
Sehingga, ia melanjutkan meningkatkan pasar EBT di Indonesia yang saat ini masih sangat kecil. Selain itu, perpres harga EBT akan mendorong skala keekonomian dan harga pembelian tenaga listrik dari PLT EBT lebih wajar dan terjangkau.
Saat ini, kontribusi terbesar dari energi panas bumi sebesar 8,17 persen terhadap realisasi bauran EBT sampai Mei 2020.