Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (federal funds rate/FFR) sebesar 0 persen hingga 0,25 persen. Keputusan ini diambil dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 28-29 Juli 2020.
Mengutip CNN, Kamis (30/7), melalui keterangan resminya The Fed menegaskan pemulihan ekonomi akan bergantung pada perkembangan virus corona.
"Krisis kesehatan saat ini sangat membebani aktivitas ekonomi, lapangan kerja, dan inflasi dalam waktu dekat, serta menimbulkan risiko cukup besar terhadap prospek ekonomi dalam jangka menengah," tulis The Fed.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Sinyal Pesimis The Fed Diramal Tekan IHSG |
Sementara itu, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan meski ekonomi mulai pulih setelah sempat berhenti akibat pandemi, kegiatan ekonomi masih jauh dari kondisi awal tahun. Ia mengatakan data-data menunjukkan pemulihan ekonomi melambat sejak ditemui lonjakan kasus baru pada Juni.
"Sepertinya data menunjukkan perlambatan dalam pemulihan," ujarnya.
Powell menekankan sebagian besar beban krisis pandemi ditanggung oleh kaum minoritas, perempuan, serta masyarakat berpendapatan rendah.
Ia menambahkan AS masih mengalami krisis pengangguran akibat pandemi. Meskipun, kata dia, pemerintah telah menggelontorkan paket stimulus fiskal untuk membantu menjaga bisnis tetap berjalan dan mendorong masyarakat untuk tetap berada di rumah.
Itu berarti, katanya, masyarakat masih membutuhkan dukungan finansial bahkan ketika ekonomi pulih.
"Secara keseluruhan, masih banyak yang harus dilakukan dalam hal stimulus fiskal dan moneter," ucapnya.
The Fed sendiri telah mengumumkan perpanjangan berbagai fasilitas pinjaman saat pandemi, termasuk fasilitas pinjaman 'main street' yang diberikan kepada usaha kecil dan menengah. Fasilitas pinjaman itu diperpanjang hingga akhir tahun.
Selain itu, The Fed juga mengumumkan perpanjangan sementara fasilitas swap likuiditas dalam dolar AS dan fasilitas perjanjian pembelian kembali untuk bank sentral asing dan otoritas moneter internasional hingga Maret tahun depan. Perpanjangan ini akan memastikan likuiditas dolar AS di pasar.