HSBC membukukan penurunan laba pada paruh pertama 2020 sebesar 69 persen karena 'terpukul' pandemi virus corona dan meningkatnya ketegangan China dan Amerika Serikat.
Dikutip dari AFP, HSBC mengumumkan laba sesudah pajak sebesar US$3,1 miliar. Sementara, laba sebelum pajak sebesar US$4,3 miliar atau turun 64 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sedangkan pendapatan turun 9 persen menjadi US$26,7 miliar. Chief Executive Noel Quinn mengungkap enam bulan pertama pada 2020 merupakan periode yang paling menantang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kinerja semester pertama kami dipengaruhi oleh pandemi covid-19, penurunan suku bunga, peningkatan risiko geopolitik dan tingkat volatilitas pasar yang meningkat," katanya, Senin (3/8).
Bahkan dengan standar masalah ekonomi saat ini yang melanda bank-bank global, HSBC telah mengalami tahun yang panas.
Sebelum krisis virus corona, perusahaan sudah mengalami pertumbuhan laba di luar target dan diakhiri oleh ketidakpastian perang dagang AS-Cina dan kepergian Inggris dari Uni Eropa.
Lihat juga:40 Persen Anggaran Corona Belum Miliki DIPA |
Pemberi pinjaman yang berfokus di Asia ini memulai inisiatif pemotongan biaya besar-besaran pada awal tahun, termasuk rencana untuk memangkas sekitar 35.000 pekerjaan serta memangkas pekerjaan dari divisi yang kurang menguntungkan, terutama di Amerika Serikat dan Eropa.
HSBC menghasilkan 90 persen dari keuntungannya di Asia, dengan Cina dan Hong Kong menjadi pendorong utama pertumbuhan. Sehingga konflik AS dan China cukup memukul perusahaan.