Nilai tukar rupiah melesat ke posisi Rp14.540 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Rabu (5/8) pagi. Posisi tersebut menguat 0,58 persen dibandingkan perdagangan Selasa (4/8) sore di level Rp14.625 per dolar AS.
Pagi ini mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,14 persen, dolar Singapura menguat 0,07 persen, dolar Taiwan menguat 0,34 persen, dan won Korea Selatan menguat 0,25.
Selanjutnya peso Filipina menguat 0,06 persen, yuan China menguat 0,11 persen, ringgit Malaysia menguat 0,24 persen dan baht Thailand menguat 0,04 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya rupee India yang terpantau masih bergerak melemah terhadap dolar AS sebesar 0,05 persen.
Di sisi lain, mayoritas mata uang di negara maju masih bergerak variatif terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,05 persen dan dolar Australia melemah 0,22 persen. Sebaliknya, dolar Kanada menguat 0,16 persen dan franc Swiss menguat 0,02 persen.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan hari ini rupiah berpotensi menguat di kisaran Rp14.500 hingga Rp14.700 per dolar AS.
Menurutnya, penguatan mata uang emerging markets terhadap dollar AS hari ini didukung oleh prospek persetujuan stimulus lanjutan pemerintah AS senilai US$1 triliun untuk memulihkan ekonomi AS yang terdampak pandemi.
Stimulus jumbo tersebut memberikan sentimen positif ke aset berisiko karena dapat berdampak positif ke perekonomian.
"Selain itu, stimulus yang besar juga bisa menekan nilai tukar negara yang bersangkutan karena potensi banyaknya uang yang beredar," ujar Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Meski demikian, pergerakan rupiah hari ini juga akan bergantung pada rilis data Produk Domsstik Bruto Indonesia di kuartal II 2020 yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS).
"Data ini mungkin bisa memberikan tekanan ke rupiah bila hasilnya di bawah ekspektasi pasar," pungkas Ariston.