Plt Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial mengatakan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) berencana hengkang dari proyek Deep Water Development (IDD) atau laut dalam di Kalimantan Timur. Diketahui, proyek itu memiliki nilai US$5 miliar atau sekitar Rp70 triliun(Kurs Rp14.490 per dolar AS).
Ia mengatakan keputusan hengkang tersebut dinilai wajar karena Chevron tak bisa lagi memperpanjang kontrak eksploitasi di Blok Rokan pada Agustus 2021.
"IDD sudah jelas lah, Chevron kan satu paket dengan Rokan. Kira-kira begitu jawabannya. Kalau dia sudah ini artinya dia bareng Rokan," kata Ego di Kantor Kementerian ESDM, Rabu, (5/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, Chevron menjadi operator dan pemegang saham mayoritas sebesar 63 persen dalam proyek IDD. Sementara, saham sisanya digenggam kontraktor migas raksasa asal Italia yakni Eni S.p.A , Tip Top, PT Pertamina Hulu Energi (PHE), dan mitra di Muara Bakau.
Beberapa lapangan yang akan dikembangkan dalam IDD tahap kedua, antara lain Blok Ganal dengan Lapangan Gendalo-Gehem dan Blok Rapak dengan Lapangan Gehem dan Bangka.
Tahap pertama proyek IDD, yakni Proyek Bangka, telah berproduksi sejak Agustus 2016 lalu dengan kapasitas terpasang 110 juta kaki kubik gas dan 4.000 barel kondensat per hari.
Menurut Ego saat ini Chevron tengah menawarkan proyek IDD ke Eni S.p.A. Jika Chevron hengkang, artinya tidak ada lagi proyek yang dijalankan di Indonesia.
"Mereka saling menawarkan diri, yang saya tahu Chevron tawarkan diri, tapi kita tunggu saja" imbuhnya.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyatakan sudah ada investor yang melirik proyek migas laut dalam itu. Namun, ia bilang pihaknya masih menunggu kepastian Chevron untuk ikut masuk atau tidak dalam proyek IDD tahap II.
"IDD tahap II masih tunggu Chevron. Sesungguhnya ada pihak-pihak lain yang berminat. Tapi tentu kami tunggu laporan resmi Chevron mengenai tindak lanjut IDD," ucap Dwi.