Harga minyak mentah dunia turun pada perdagangan akhir pekan lalu, setelah meningkat cukup tinggi sepanjang pekan. Penurunan harga minyak terjadi karena pasar kekhawatiran pasar meningkat terhadap jumlah kasus virus corona atau covid-19 yang terus memperlambat pemulihan ekonomi global.
Dilansir dari Antara, Minggu (9/8), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun 69 sen atau 1,5 persen menjadi US$44,4 per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September merosot 73 sen atau 1,7 persen menjadi US$41,22 per barel di New York Mercantile Exchange.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penurunan harga minyak pada akhir pekan lalu terjadi ketika harga minyak mentah Brent melonjak sekitar 2,5 persen sepanjang pekan lalu. Sedangkan, harga minyak mentah WTI terangkat 2,4 persen pada periode yang sama.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizations/WHO) mencatat jumlah kasus telah mencapai 19,46 juta orang di dunia, dengan jumlah kematian mencapai 722 ribu kasus.
Jumlah kasus terbanyak masih berasal dari AS, yaitu mencapai 4,89 juta kasus. Sementara itu, India terus melaporkan rekor peningkatan jumlah kasus harian tertinggi mencapai 64 ribu kasus.
Di sisi lain, pembicaraan stimulus fiskal di parlemen AS masih jalan di tempat. Hal ini sempat membuat Presiden AS Donald Trump berencana mengeluarkan aturan eksekutif untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan fiskal bagi masyarakat di Negeri Paman Sam.
"Kongres AS tampaknya tidak dapat membuat rencana untuk putaran stimulus berikutnya dan itu menciptakan keraguan untuk pemulihan ekonomi AS," kata Direktur Riset Pasar Tradition Energy Gary Cunningham.
Sedangkan data ketenagakerjaan non-pertanian AS tumbuh lebih lambat pada Juli dibanding bulan sebelumnya. Para pemimpin Demokrat AS melihat hal ini membuat pemerintah perlu stimulus lebih banyak untuk kalangan pekerja.
Dari sisi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC), Irak berjanji akan memangkas produksi minyak pada bulan ini untuk mendukung pergerakan harga minyak.
Kendati begitu, Analis Rystad Energy Bjornar Tonhaugen menilai upaya ini tidak akan membuat harga minyak naik tinggi, meski sudah meninggalkan level terendahnya pada April lalu.
"Mempertahankan level harga menjadi tidak realistis. Produsen akan bergegas hari ini untuk mengoreksi keuntungan mengingat musuh tak terlihat, covid-19," terang Tonhaugen.
Di AS, perusahaan-perusahaan energi memangkas jumlah rig minyak dan gas alam hingga mencapai rekor terendah sejak Juli 2005. Rig minyak AS berkurang empat menjadi 176 rig, terendah sejak Juli 2005.
Di sisi lain, investor juga khawatir tentang ketegangan baru dari hubungan AS-China. Ia memperkirakan sentimen pada pasar minyak akan menjadi lebih penting daripada pengaruh fundamental.
"Sentimen menjadi lebih suram mengingat ketegangan antara China dan AS memberikan tekanan jual pada harga minyak," kata Analis Energi Commerzbank Research Eugen Weinberg.
(uli/bir)