Nilai tukar rupiah berada di level Rp 14.647 per dolar AS pada Senin (10/8) sore. Posisi tersebut melemah 0,15 persen dibandingkan perdagangan Jumat (7/8) sore di level Rp14.625 per dolar AS.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.750 per dolar AS atau melemah dibandingkan posisi kemarin yakni Rp14.647 per dolar AS.
Sore ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,06 persen, dolar Singapura melemah 0,05 persen, dolar Taiwan melemah 0,10 persen, won Korea Selatan melemah 0,08 persen, yuan China melemah 0,04 persen, ringgit Malaysia melemah 0,17 persen, dan baht Thailand menguat 0,26 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya peso Filipina dan rupee India yang mengalami penguatan masing-masing 0,05 persen.
Sementara itu, mayoritas mata uang di negara maju masih bergerak variatif terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,10 persen dan franc Swiss melemah 0,36 persen. Sementara dolar Kanada menguat 0,01 persen dan dolar Australia terpantau stagnan atau tak bergerak dari posisi sebelumnya.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan pelemahan rupiah dan mata uang kawasan Asia lainnya dipengaruhi oleh masih buntunya pembicaraan paket stimulus kedua AS sebesar US$1 triliun.
Di samping itu hubungan antara China dan AS yang masih memanas juga mempengaruhi pergerakan mata uang negara-negara emerging markets.
"Kembali dipicu pemerintah AS dengan memblokir aplikasi We Chat dan Tiktok," ucap Ariston kepada CNNIndonesia.com, Senin (10/8).
Sementara dari sentimen dari dalam negeri, pasar masih mempertanyakan kemampuan Indonesia untuk kembali ke teritori pertumbuhan ekonomi positif di kuartal ketiga 2020.
Meski demikian, pada pembukaan besok rupiah berpotensi menguat jika pasar merespons positif terhadap hasil survei jumlah lowongan pekerjaan di Amerika Serikat.
"Di beberapa negara ekspektasi pasar sedikit menguat ketika pekan lalu data Non Farm Payrolls dan data tingkat pengangguran yang dirilis dirilis, besok bisa jadi peristiwa serupa berulang, dan meningkatkan tingkat imbal hasil terhadap aset beresiko," tandasnya.