Ekspor minyak mentah Arab Saudi ke AS tercatat sebesar 264 ribu barel pada Agustus lalu, berdasarkan data perusahaan riset komoditas, ClipperData. Jumlah kiriman minyak itu turun hampir 50 persen dibandingkan rata-rata ekspor 2019.
Mengutip CNN.com, Selasa (2/9), jumlah ekspor minyak Arab Saudi ke AS tercatat yang terendah sejak 1985 silam. Data ini telah dikonfirmasi oleh statistik resmi pemerintah Arab Saudi.
"Arus minyak mentah Saudi menuju AS pada dasarnya telah mengering," kata Direktur Penelitian Komoditas di ClipperData Matt Smith.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Arab Saudi sempat memantik kemarahan Partai Republik, AS pada musim semi karena membanjiri tanker minyak mentah murah ke AS untuk menenggelamkan produsen minyak AS.
Bahkan, sejumlah anggota parlemen AS meminta Presiden AS Donald Trump untuk memberlakukan tarif pada kerajaan tersebut.
Namun, sekarang Arab Saudi telah berbalik arah, menjadi mengekspor sedikit mungkin minyak ke AS.
Saat itu, tujuan Arab Saudi mengirim ekspor minyak adalah membanjiri pasar minyak AS adalah menyingkirkan produsen minyak berbiaya tinggi. Upaya itu membuahkan hasil.
Harga minyak mentah AS jatuh ke teritori negatif pada akhir April untuk pertama kalinya. Selain itu, lebih dari dua lusin perusahaan minyak AS mengajukan kebangkrutan, dan lebih banyak lagi di ambang kebangkrutan.
Pembalikan arah ekspor raja minyak itu, dari mulanya sengaja membanjiri AS dengan minyak menjadi menahan ekspor, menggarisbawahi upaya dramatis Arab Saudi untuk menghidupkan kembali pasar minyak yang tertekan selama pandemi.
Selain menahan ekspornya, Arab Saudi juga melakukan gencatan senjata dengan Rusia. Gencatan senjata ini membuka jalan bagi pemotongan produksi oleh OPEC dan sekutunya, OPEC+ yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Padahal sebelumnya, Arab Saudi terlibat perang besar-besaran dengan Rusia sehingga menekan harga minyak mentah global.
Pemotongan produksi oleh OPEC+, bersama dengan rebound ekonomi global berhasil mengangkat harga minyak mentah AS dari minus US$40 per barel pada akhir April menjadi US$43 hari ini.
"Jatuhnya impor minyak mentah AS dari Arab Saudi, mencerminkan kemerosotan dari kontes pangsa pasar OPEC+ yang epik di musim semi lalu. Hingga pemotongan dan disiplin yang belum pernah terjadi sebelumnya selama musim panas," terang Presiden Perusahaan Konsultan Rapidan Energy Group Robert McNally.
Tak hanya itu, Arab Saudi juga berupaya menarik hati Presiden AS Donald Trump. Saat musim semi lalu, Trump sempat menyuarakan ketidak-senangannya pada strategi minyak Arab Saudi pada musim semi lalu akan merugikan perusahaan minyak AS.
Akhirnya, Trump pun mengambil langkah menengahi upaya pemotongan produksi OPEC+.