Kementerian BUMN menunjuk PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) atau BPUI untuk mengambil alih portofolio PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Tujuannya, untuk menyelamatkan kasus gagal bayar terhadap 4 juta pemegang polis.
Direktur Utama BPUI Robertus Bilitea mengungkap dalam rangka penyelamatan tersebut pihaknya menerima penyertaan modal negara atau PMN sebesar Rp20 triliun.
Dana tersebut nantinya akan digunakan untuk mendirikan perusahaan yang bergerak di lini usaha asuransi jiwa, yakni Indonesia Finansial Group Life (IFG) Life.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami dalam waktu dekat akan mendirikan satu perusahaan asuransi jiwa yang dinamakan IFG Life," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (9/9).
Robert memaparkan pendirian IFG Life didasarkan oleh kebutuhan yang ada saat ini di industri asuransi. Dia menyebut dari berbagai langkah penyelamatan yang diajukan seperti bail out hingga penyuntikan likuiditas, pemerintah memilih melakukan kebijakan kombinasi antara restrukturisasi, transfer, dan bail in.
Persetujuan tersebut, lanjutnya, tertuang dalam Buku II Nota Keuangan beserta rancangan APBN.
"Opsi ini dipakai karena jauh lebih memberikan perlindungan kepada pemegang polis sejauh mitigasi semua gugatan yang kemungkinan bisa timbul di kemudian hari dibanding opsi likuidasi yang memberi dampak risiko hukum dan reputasi yang massif," terangnya.
Dalam kalkulasinya, dibutuhkan setidaknya Rp24,7 triliun untuk menyelamatkan Jiwasraya, sementara PMN hanya Rp20 triliun. Maka, PT BPUI harus melakukan fundraising sebesar Rp4,7 trilun dengan underlying dividen anak perusahaan BPUI lainnya.
Meski mengaku telah menyiapkan rencana bisnis IFG Life selama 3-4 bulan terakhir, Robert belum dapat menjelaskan dengan rinci rencana besar pemerintah tersebut.
Namun, ia berjanji dalam waktu dekat akan kembali mendiskusikan hal tersebut dengan Komisi VI DPR RI.
"Saya kira forumnya kami bersedia datang kembali untuk menjabarkan lebih detail terkait dengan model bisnis, tata kelola, pendekatan risiko manajemen, SDM, talent pool, dsb," pungkasnya.