Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyatakan sektor aviasi dan pariwisata rencananya akan digabungkan menjadi satu holding. Ia menargetkan proses pembentukan holding tersebut selesai pada 2022 mendatang.
"Ini diharapkan setelah holding ini efektif, klasternya terjadi pada 2022," ucap pria yang akrab disapa Tiko dalam diskusi virtual HSBC Orchestrating The Next Move: Transforming Indonesia Into Asia's Next Supply Chain Hub, Rabu (16/9).
Tiko berharap pembentukan holding ini bisa mengintregasikan perusahaan pelat merah di sektor penerbangan sehingga nantinya bisa berdampak positif untuk sektor pariwisata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Konektivitas udara untuk meng-generate arus pariwisata ini bisa berjalan," jelas Tiko.
Tiko menjelaskan anggota dari holding aviasi dan pariwisata ini, diantaranya PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau dikenal Indonesia Tourism Development Corporation (Persero) atau ITDC, dan PT Hotel Indonesia Natour (Persero) atau HIN.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan peraturan pemerintah (PP) yang mengatur tentang pembentukan holding BUMN penerbangan ditargetkan terbit Oktober 2020 mendatang. Saat ini, aturan tersebut sedang difinalisasi.
"(Holding BUMN penerbangan) sedang difinalisasi, tapi semua itu menunggu pp keluar. Diharapkan bulan Oktober keluar," ujar Irfan.
Ia mengatakan pembentukan holding BUMN penerbangan akan menghindarkan perusahaan pelat merah di sektor aviasi dari aksi 'saling sikut'. Maklum, setelah holding terbentuk, perusahaan pelat merah sektor aviasi akan berada dalam satu naungan.
Di samping itu, pembentukan holding BUMN penerbangan ini membuat perusahaan bisa fokus mengembangkan bisnisnya.
"Jadi one company (satu perusahaan) tidak bersaing sesama, tidak saling sikut-sikutan karena berada di satu naungan," pungkas Irfan.