Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebut Indonesia merugi Rp22,8 triliun setiap tahun karena bencana alam.
Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR Danis H Sumadilaga menyebut kerugian fantastis tersebut karena secara geografis Indonesia berada di tengah Ring of Fire.
Posisi ini menjadikan Indonesia rentan terhadap berbagai bencana alam, terutama gempa bumi dan erupsi gunung berapi yang berpotensi memicu bencana turunan dari tsunami hingga likuifaksi (pencairan tanah).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jika dirata-ratakan, kerugian ekonomi akibat bencana alam setiap tahun mencapai Rp22,8 triliun," ungkapnya lewat video conference tentang Megastruktur dan Infrastruktur Tahan Gempa, Kamis (24/9).
Kerugian tersebut, lanjut Danis, disebabkan oleh banyaknya bangunan dan infrastruktur yang tidak menerapkan standar kegempaan secara baik dan benar. Sehingga, bangunan kerap mengalami kerusakan parah pasca bencana.
Infrastruktur yang tidak memiliki standar kegempaan berdampak luas karena dapat memutus akses antara wilayah dan menyulitkan proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.
Meski telah memiliki rancangan Standar Nasional Indonesia (SNI) soal standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur gabungan gedung dan non-gedung, namun SNI dinilai tak cukup.
Sehingga, Kementerian PUPR meluncurkan program Magister Super Spesialis bagi pegawai PUPR mau pun akademisi dan pelaku jasa industri. Program melibatkan beberapa perguruan tinggi dari UGM, ITB, Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya, dan Institut Teknologi Sepuluh November.
Tujuannya, untuk mencetak tenaga kerja super spesialis guna menangani masalah pembangunan infrastruktur.
"Program tak hanya untuk pejabat fungsional PUPR tapi untuk semua praktisi," ujarnya.