Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memaparkan realisasi investasi hulu migas baru sebesar US$6,12 miliar per Agustus 2020. Angka itu belum menyentuh setengah dari target yang ditetapkan sebesar US$13,8 miliar.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengakui investasi di sektor hulu migas tertekan. Salah satu penyebabnya adalah pandemi covid-19.
"Investasi migas sampai Agustus 2020 US$6,12 miliar. Tekanan terhadap investasi memang betul-betul terjadi," ucap Dwi dalam rapat bersama Komisi VII DPR, Rabu (30/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Syarat Daftar Kartu Prakerja secara Offline |
Untuk itu, SKK Migas memproyeksi investasi di sektor hulu migas tahun ini hanya terealisasi sebesar US$11,2 miliar. Itu artinya potensi investasi migas lebih rendah dari realisasi 2019 yang mencapai US$11,49 miliar.
Selain soal investasi, Dwi menyatakan pendapatan negara dari penjualan migas hingga akhir Agustus 2020 sebesar US$14,71 miliar. Angka itu terdiri dari cost recovery sebesar US$5,29 miliar, bagian pemerintah US$6,42 miliar, dan bagian kontraktor US$3 miliar.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan pihaknya menunda jadwal lelang 12 blok migas tahun ini ke tahun depan.
Hal ini karena kebutuhan energi dan harga minyak menurun seiring perlambatan kegiatan ekonomi di tengah pandemi virus corona.
"Kami juga mengantisipasi bahwa rencana untuk melelang 12 wilayah kerja baru, harus kami sesuaikan dulu jadwalnya, karena daya tarik bisnis menurun, harga minyak menurun, tentu investasi harus dilakukan penyesuaian," ucap Arifin.
Pada Maret lalu, harga minyak mentah dunia sempat anjlok ke bawah US$30 per barel. Saat ini, harga minyak pun masih di bawah US$50 per barel.