Otoritas Jasa Keuangan menggelar program Satu Rekening Satu Pelajar (Kejar) bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama pada Senin (5/10). Program bertujuan meningkatkan target inklusi keuangan yang untuk tahun 2024 ditetapkan sebesar 90 persen.
"Dengan berbagai program ini diharapkan akan semakin mendorong budaya menabung sejak dini di mana nantinya setiap pelajar dan santri di Indonesia akan memiliki rekening tabungan," ujar anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara.
Tirta menyebut pihaknya menyadari semangat dan etos kerja generasi muda perlu dipupuk ke level lebih tinggi. Karena itu, OJK akan terus melakukan intensifikasi edukasi dan literasi keuangan, dengan menyasar generasi muda secara spesifik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"OJK bahkan meluncurkan buku literasi keuangan bagi anak usia dini (PAUD), yang menekankan pentingnya pendidikan keuangan sedini mungkin. Dengan pendekatan seperti ini, edukasi keuangan akan menjadi investasi sumber daya manusia yang memberikan kesempatan bagi mereka untuk lebih sejahtera," ungkap Tirta.
Ia menambahkan, ada tiga alasan inklusi keuangan jadi krusial dalam mencapai tujuan makroekonomi, sekaligus menjawab tantangan menghadapi dampak pandemi. Alasan itu mencakup inklusi keuangan yang diyakini sejalan dan berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi;, mendorong proses pemulihan ekonomi nasional; dan untuk mendukung resiliensi atau ketahanan ekonomi masyarakat.
Aakses keuangan yang luas, ujar Tirta, akan dapat mengurangi ketimpangan kesejahteraan. Saat ini, data OJK mencatat tingkat inklusi keuangan nasional berada di level 76,2 persen, melampaui target tahun 2019 sebesar 75 persen.
"Namun, tingkat inklusi keuangan belum merata, sebab akses keuangan di wilayah perkotaan 83,6 persen masih lebih tinggi daripada di wilayah pedesaan yang sebesar 68,5 persen," katanya.
Hal lain yang juga dilakukan OJK adalah mengadakan Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2020 mulai 1-31 Oktober. Tahun ini, BIK 2020 bertema Satukan Aksi Keuangan Inklusif untuk Indonesia Maju atau AKSESSKU. Tirta menyatakan perlambatan aktivitas ekonomi akibat pandemi turut berimbas pada tingkat kesejahteraan, terutama di kalangan pelaku usaha informal, ultra mikro, mikro, dan kecil.
Penurunan itu menjadi urgensi yang harus segera diatasi. Tirta menyebutkan beberapa tugas yang harus diselesaikan demi peningkatan inklusi keuangan, antara lain pemetaan untuk menjangkau masyarakat kecil, ultra mikro, dan UMKM di pelosok yang membutuhkan bantuan keuangan dan dukungan kebijakan, serta cara menumbuhkan permintaan guna meningkatkan ketahanan ekonomi.
Tirta menegaskan, inklusi keuangan menjadi strategi yang diharapkan mempercepat pemulihan ekonomi nasional.
"Seluruh pengambil kebijakan ekonomi dan keuangan di tataran global, baik oleh pemerintah maupun otoritas sektor keuangannya telah menempatkan upaya penyediaan akses keuangan sebagai salah satu respons utama kebijakan penanganan pandemi Covid-19 guna mencegah dampak negatif yang berkepanjangan bagi masyarakat dan dunia usaha," tuturnya.
(rea)