Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.707 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Senin (19/10) sore. Mata uang Garuda melemah 10 poin atau 0,07 persen dari Rp14.697 pada Jumat (16/10).
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.741 per dolar AS atau menguat dari Rp14.766 per dolar AS pada akhir pekan lalu.
Di kawasan Asia, rupiah melemah paling dalam. Pelemahan rupiah juga diikuti oleh baht Thailand minus 0,05 persen dan rupee India minus 0,03 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, mata uang Asia lainnya justru menguat dari dolar AS. Won Korea Selatan menguat 0,47 persen, ringgit Malaysia 0,19 persen, yuan China 0,09 persen, peso Filipina 0,06 persen, yen Jepang 0,06 persen, dolar Singapura 0,05 persen.
Sedangkan, dolar Hong Kong terpantau stagnan. Hal senada terjadi di jajaran mata uang utama negara maju.
Hanya rubel Rusia yang melemah 0,12 persen. Berbeda dengan poundsterling Inggris yang menguat 0,62 persen, dolar Australia 0,25 persen,euro Eropa 0,18 persen, franc Swiss minus 0,17 persen, dan dolar Kanada 0,07 persen.
Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai pelemahan nilai tukar rupiah pada hari ini sedikit banyak terjadi karena respons pelaku pasar terhadap laporan Statistik Utang Internasional 2021 dari Bank Dunia.
Dalam laporan itu, Bank Dunia memasukkan Indonesia ke dalam daftar 10 negara dengan jumlah utang tertinggi di kawasan negara penghasilan rendah dan menengah.
Pemerintah merespons bahwa tingkat utang tinggi sejatinya tidak hanya terjadi di Indonesia. Bahkan, banyak negara di dunia yang rasio utangnya jauh lebih tinggi dari Indonesia. Sebut saja, Amerika dan Italia.
Kemudian, rasio utang Malaysia bakal naik menjadi 67,6 persen terhadap PDB pada tahun ini. Begitu juga dengan Thailand menjadi 50,4 persen, China 61,7 persen, India 89,3 persen, Amerika Serikat 130 persen, dan Jepang 266 persen.
"Ini membuat mata uang rupiah ditutup melemah tipis 10 poin, walaupun pada sesi pagi sempat menguat 25 poin," kata Ibrahim.
Selain itu, pergerakan rupiah juga diwarnai oleh sentimen pelaku pasar yang menunggu pengumuman pertumbuhan ekonomi China. Pasar juga menanti kepastian stimulus ekonomi AS yang masih dibicarakan.
(uli/bir)