Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo memperkirakan para perusahaan pelat merah bidang transportasi baru bisa melakukan ekspansi bisnis lagi mulai semester II 2021 atau setelah pandemi virus corona (covid-19) mereda di Indonesia.
BUMN transportasi yang dimaksud adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT KAI (Persero), PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan lainnya.
Tiko, sapaan akrabnya, menjelaskan proyeksi ini berasal dari estimasi kenaikan tingkat kepadatan penumpang (traffic) ke kondisi normal atau setidaknya 75 persen dari total kapasitas. Sementara menurut catatan Tiko, kepadatan penumpang masih kurang dari 50 persen sampai jelang akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepadatan penumpang mencapai 50 persen sejauh ini baru terjadi di transportasi jalur darat, namun tidak menggunakan moda transportasi umum seperti kereta api dan bus antar kota melainkan mobil pribadi. Kepadatan penumpang di kereta api masih berada di kisaran 15 persen dari kapasitas per hari.
"Sekarang ini masih sangat lambat, masyarakat belum banyak berpergian. Nanti di akhir tahun atau pertengahan 2021, ketika traffic sudah kembali 75 persen, baru kita bisa mulai ekspansi lagi," terang Tiko saat mengisi acara Bursa Efek Indonesia (BEI) bertajuk Capital Market Summit & Expo 2020, Selasa (20/10).
Lebih lanjut, mantan direktur utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk itu mengatakan estimasi kenaikan tingkat kepadatan penumpang mulai pertengahan tahun depan muncul dari rencana pengadaan vaksin covid-19 oleh pemerintah. Pengadaan dan distribusi sebenarnya dijadwalkan mulai bulan depan.
Namun setelah itu, butuh waktu untuk benar-benar memeratakan pemberian vaksin kepada masyarakat. Akumulasinya, aktivitas masyarakat bisa benar-benar pulih pada pertengahan tahun, sehingga permintaan kepada transportasi publik juga meningkat pada masa itu.
Tak hanya BUMN sektor transportasi, Tiko bilang ekspansi mulai semester II 2021 sejatinya juga bisa dilakukan oleh para perusahaan negara lain. Khususnya, sektor-sektor yang terdampak covid-19, seperti energi dan pariwisata karena peningkatan permintaan.
"Yang paling dulu adalah sektor farmasi, yang dulu bukan jadi BUMN core (inti), tapi sekarang jadi core untuk ketahanan kesehatan nasional. Bio Farma yang sebelumnya beroperasi biasa-biasa saja, mereka produksi vaksin TBC dan lainnya, sekarang mendapat tantangan baru, dan ada juga tantangan agar mereka bisa jadi pemain global," katanya.
Tiko turut memberi gambaran beberapa sektor usaha BUMN yang paling terdampak tekanan pandemi pada tahun ini, yaitu energi seperti PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero).
"Ini memang terdampak penurunan bahan bakar jauh dari kondisi normal," ujarnya.
Selanjutnya, BUMN di bidang pariwisata, seperti restoran dan perhotelan. Tidak ketinggalan, perusahaan negara di sektor transportasi.