PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA akan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atau panel surya di lahan bekas tambang milik perusahaan.
Salah satunya adalah di Tanjung Enim-Sumatra Selatan dan Ombilin-Sumatra Barat. Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengungkapkan terdapat potensi energi dari lahan bekas tambang di Ombilin sebanyak 1.000 megawatt (MW).
Sementara, potensi energi yang dihasilkan dari lahan bekas tambang di Tanjung Enim mencapai 5.000 MW.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau di Ombilin kami punya pasca tambang 2.000 Ha. Katakanlah kami operasikan 1.000 hektare (Ha), potensinya 1.000 MW. Di Tanjung Enim area pasca tambangnya 95.000 Ha, kalau kami bisa pakai 5.000 Ha, (energi yang dihasilkan) sudah 5.000 MW," ujar Arviyan dalam diskusi secara virtual Tempo Energy Day, Rabu (21/10).
Selain itu, Bukit Asam juga bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero) untuk menyediakan listrik dari tenaga surya di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Dengan demikian, Bukit Asam akan membangun PLTS di sekitar bandara itu.
"Kami sudah resmi akan menggunakan tenaga surya dan kami jajaki dengan bandara lainnya," imbuh Arviyan.
Kemudian, Bukit Asam juga menggandeng PT Jasa Marga (Persero) Tbk untuk membangun PLTS di sekitar area jalan tol. Menurut Arviyan, hal ini sudah biasa dilakukan di Eropa, yakni membangun PLTS di sekitar jalan tol.
"Kami kerja sama dengan Jasa Marga memanfaatkan area jalan tol untuk panel surya. Ini contoh inovasi yang kami lakukan," tutur Arviyan.
Ia mengatakan ini semua merupakan salah satu upaya transformasi energi dari batu bara ke energi baru terbarukan (EBT). Bukit Asam, kata Arviyan, berkomitmen untuk mengurangi batu bara sebagai energi primer.
Arviyan mengakui kegiatan pertambangan batu bara yang telah dilakukan sejak zaman Belanda menimbulkan polusi tinggi. Ditambah lagi, aktivitas itu tak memiliki nilai tambah.
"Selama ini yang kami lakukan, PTBA kan sudah 100 tahun ya, sejak zaman Belanda sudah menambang. Itu langsung dipakai, dibakar di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang timbulkan polusi tinggi. Hanya menggali, mengangkut, dan menjual, selesai," terang Arviyan.
Lihat juga:ESDM Bakal Evaluasi 8 Lapangan Panas Bumi |
Karena itu, selain melakukan transformasi energi dari batu bara ke panel surya, Bukit Asam juga fokus melakukan hilirisasi batu bara. Salah satunya dengan mengembangkan Dimethyl Ether (DME).
"Jadi, yang tadinya hanya digunakan PLTU. Banyak teknologi yang sudah terbukti, sudah berhasil dilakukan di China dan negara lain, dilakukan proses pengolahan keluar produknya seperti DME," pungkas Arviyan.