Bank Indonesia (BI) menyebut pandemi covid-19 membawa berkah tersendiri untuk pasar modal dalam negeri. Mereka mencatat ada lonjakan drastis jumlah investor retail sepanjang 2020 karena pandemi itu sehingga menjadi 4,16 juta orang.
Dengan fenomena itu, kini instrumen di pasar modal yang dulu dikuasai asing, kini 58 persennya dimiliki oleh investor lokal.
Direktur Eksekutif Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Donny Hutabarat mengungkapkan meski 2020 belum berakhir, namun setidaknya tercatat sebanyak 1,68 juta investor retail baru sepanjang tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kenaikan itu, jumlah investor di pasar modal yang 2019 lalu masih 2,48 juta investor naik. Kenaikan tersebut, kata dia, membuat investor lokal menjadi tuan rumahnya sendiri.
"Justru pandemi pertumbuhan investor retail besar, investasi individu di pasar modal menjadi 4,16 juta, sangat besar. Pertumbuhan terbesar yang pernah terjadi," katanya dalam malam award Bareksa-Kontan-Ovo Fund Awards 2020, Rabu malam (21/10).
Ia menambahkan fenomena itu menjadi kabar menggembirakan. Pasalnya, jika dilihat dari tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan investor retail tak signifikan.
Tengok saja di 2017-2018, jumlah investor hanya naik dari 1,12 juta investor menjadi 1,68 juta.
Donny menilai pertumbuhan terjadi karena 'paksaan' digitalisasi di tengah pandemi. Bergesernya sekuritas atau jasa pialang fisik ke daring berhasil menggaet investor muda.
"Digitalisasi mendorong investor di sektor retail, karena memberi kemudahan akses dan literasi sehingga (investasi) begitu mudah dilakukan," jelasnya.
Karena antusias tinggi itu, ia masih melihat ruang pertumbuhan yang menjanjikan. Jika dibandingkan antara jumlah investor dan total penduduk usia produktif atau 4,16 juta berbanding 189 juta, maka hanya 2,11 persen saja masyarakat RI yang berinvestasi.
Angka ini masih jauh di bawah rasio keterlibatan di pasar modal yakni minimal 5 persen. Angka itu juga jauh dari negara tetangga.
Jika dibandingkan dengan Malaysia misalnya, mereka sudah memiliki 9 persen populasi yang berinvestasi. Singapura sudah 26 persen dan AS sebesar 55 persen.
Lebih lanjut, dari seluruh instrumen keuangan yang tersedia, rekasadana disebutnya sebagai instrumen yang paling digandrungi.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) hingga akhir Agustus 2020, dari 4,16 juta investor ritel tersebut, sebesar 2,44 juta di antaranya merupakan investor reksadana. Diikuti oleh investor saham sebesar 1,31 juta dan pemegang Surat Berharga Negara (SBN) yaitu 410 ribu.
Berdasarkan pelacakan Single Investor Identification (SID), jumlah investor reksadana mengalami lonjakan terbesar yaitu 37,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
"Yang paling tinggi pertumbuhannya reksadana, masyarakat kita lebih banyak mempercayakan investasinya ke profesional (manajemen investasi)," tutupnya.
Lihat juga:Nikon Setop Operasi di Indonesia |