Libur akhir pekan panjang (long weekend) Oktober ini harusnya jadi momentum tepat untuk plesiran. Bagi pencinta travelling, uang bahkan tidak jadi soal karena libur panjang tidak datang setiap pekan. Namun ingat, masyarakat diimbau untuk tetap di rumah mengingat masih tingginya penyebaran covid-19.
Belum lagi, banyak pemerintah daerah yang menerapkan syarat bagi pendatang, seperti rapid atau PCR test dan pengisian kartu kesehatan. Hal ini sedikit banyak membuat pelancong harus ekstra bersiap untuk melakukan perjalanan.
Apabila Anda salah satu pencinta travelling yang tengah berpikir ulang untuk menghabiskan libur panjang akhir bulan ini, berikut sejumlah opsi yang bisa anda pertimbangkan. Dijamin, kantong Anda bisa lebih gemuk di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika Anda dan keluarga sebenarnya ingin sekali bepergian, namun khawatir terpapar virus corona, menunda agenda sampai jumlah kasus covid-19 mereda adalah pilihan bijak.
Perencana Keuangan Andi Nugroho mengatakan dana yang tersedia sekarang bisa ditabung sebagai dana untuk jalan-jalan di waktu mendatang, ketika destinasi-destinasi wisata sudah dibuka seiring dengan berangsur hilangnya pandemi.
"Jadi, karena uang-uang yang sedianya akan digunakan untuk liburan tapi belum terpakai, maka akan jadi sangat besar jumlahnya karena diakumulasi sekian lama," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Sehingga pada waktunya nanti, Anda malah justru bisa berwisata lebih jauh atau lebih lama karena budget yang dimiliki jadi semakin besar.
Menurut Andi, agar budget liburan yang diakumulasi tersebut dapat semakin optimal pengembangannya, Anda bisa mengalokasikannya ke beberapa instrumen investasi alternatif.
Sebab jika tidak, ada kemungkinan dana tersebut dapat digunakan sewaktu-waktu sebelum masa liburan dan ketika pandemi sudah dinyatakan aman.
Disarankan untuk memilih instrumen investasi yang tidak beresiko tinggi dan relatif gampang dan cepat untuk dicairkan. "Contohnya, dalam bentuk logam mulia, deposito, atau reksa dana berbasis pendapatan tetap ataupun pasar uang," tuturnya.
Lihat juga:5 Trik agar Bisnis Kebal Resesi Ekonomi |
Jika merasa piknik bukan lah suatu keharusan, meski nyaris tujuh bulan era pandemi Anda dan keluarga tak pergi ke mana-mana, maka dana yang telah ditabung untuk rekreasi tersebut dapat dialihkan ke berbagai hal.
Misalnya, menambah dana darurat yang ada karena bagaimana pun pandemi belum bisa diprediksi kapan akan berakhir. Selain itu, dana tersebut juga bisa dipakai untuk membeli asuransi kesehatan jika Anda atau keluarga Anda belum memilikinya.
Hal ini penting karena dalam kondisi pandemi seperti ini tiap orang rentan tertular penyakit dan harus mendapatkan perawatan kesehatan. Akibatnya, biaya berobat bisa semakin besar.
Di luar hal tersebut, bisa juga menggunakan atau mengalokasikan dana liburan yang tak terpakai untuk berinvestasi jangka panjang. Hal ini dapat dilakukan bila memang semua kebutuhan sudah terpenuhi dengan baik.
"Alternatif instrumen investasi yang bisa dipilih adalah logam mulia, reksa dana berbasis campuran atau pasar saham, atau langsung masuk ke pasar saham. Investasi lain yang bisa dipilih adalah dalam bentuk properti" ucap Andi.
Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Asad menyarankan dana yang tak terpakai untuk bepergian digunakan untuk berbelanja kebutuhan seperti pakaian, makan atau peralatan rumah.
Namun, dana yang peruntukkannya digeser untuk belanja sebaiknya dimasukkan dalam rekening khusus agar tak tercampur dengan dana untuk kebutuhan lain.
Di samping itu, masyarakat sebaiknya menyeleksi betul barang-barang yang hendak dibeli. Hal ini agar pengeluaran untuk berbelanja tidak melebihi dana yang sudah dialokasikan. "Gunanya rekening khusus ini supaya enggak berlebihan belanjanya," ujar Tejasari.
Ia juga mengingatkan masyarakat agar tak menambah mengambil dana dari pos lain jika terjadi kekurangan dana untuk belanja. Sebab, hal tersebut bisa membuat pengelolaan keuangan menjadi kacau.
"Disarankan agar hitung terlebih dahulu kebutuhan belanja dan sesuai dengan budget supaya enggak perlu ambil lagi dari pos lain supaya terkontrol," jelas Tejasari.
Tejasari juga menyarankan menggunakan uang tersebut untuk meningkatkan nilai tambah barang-barang yang dimiliki. Misalnya, jika ingin memodifikasi kendaraan, pastikan hasil modifikasi tersebut tak hanya sesuai budget tapi juga membuat aset berupa kendaraan itu meningkat harganya.
Tejasari mengimbau agar tak membeli barang-barang konsumtif yang nilainya cepat turun, seperti elektronik baik itu smartphone, laptop maupun televisi.
Imbauan tersebut juga berlaku terhadap barang-barang berharga tinggi seperti mobil dan motor. Kecuali, jika mobil dan motor baru yang akan dibeli punya nilai investasi, seperti mobil-mobil tua yang ikonik atau sepeda motor custom yang punya segmen penggemarnya sendiri.
"Supaya barang itu enggak cuma berguna dipakai tapi juga bisa mendatangkan keuntungan di masa mendatang," tandasnya.