Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan harga atau inflasi 0,07 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Oktober 2020.
Inflasi ini lebih tinggi dari September 2020 yang justru mengalami deflasi sebesar minus 0,05 persen. Serupa, inflasi ini lebih tinggi dari Oktober 2019 yang mengalami inflasi sebesar 0,02 persen.
"Sesudah 3 bulan berturut-turut mengalami deflasi pada Juli, Agustus, dan September, pada Oktober ini mengalami inflasi meskipun tipis sebesar 0,07 persen ," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Senin (2/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) terjadi inflasi sebesar 0,95 persen. Sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy) inflasi mencapai 1,44 persen pada Agustus ini.
Suhariyanto mengatakan jika ditengok berdasarkan kelompok pengeluaran, maka sebanyak 6 kelompok mengalami inflasi. Sedangkan, lainnya mengalami deflasi.
Detailnya, inflasi paling tinggi disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,29 persen, dengan andil kepada inflasi 0,07 persen.
"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah cabai merah dengan andil 0,09 persen, kemudian bawang merah andil inflasi 0,02 persen, dan minyak goreng 0,09 persen," jelasnya.
Inflasi kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,09 persen, dengan andil 0,01 persen. Lebih lanjut, kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 0,15 persen, dengan andil 0,01 persen.
Lalu, inflasi kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,02 persen dengan andil 0 persen. Selanjutnya, inflasi kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,02 persen, dengan andil 0 persen
Kelompok pendidikan mengalami inflasi 0,04 persen dengan andil 0 persen. Lalu, inflasi kelompok penyediaan makanan dan minuman sebesar 0,19 persen dengan andil 0,02 persen dan inflasi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,11 persen dengan andil 0,01 persen.
Sebaliknya, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi sebesar minus 0,04 persen, dengan andil kepada deflasi minus 0,01 persen.
Selanjutnya, deflasi kelompok perlengkapan peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar minus 0,03 persen dengan andil sebesar 0 persen.
Terakhir, deflasi kelompok transportasi sebesar minus 0,14 persen, dengan andil kepada deflasi minus 0,02 persen
Berdasarkan komponennya, inflasi terjadi berkat sumbangan komponen bergejolak dengan inflasi sebesar 0,40 persen, dengan andil 0,07 persen kepada inflasi.
Dalam komponen ini, komponen bahan makanan bergejolak (volatile food) mengalami inflasi 0,38 persen, dengan andil 0,07 persen. Sedangkan, komponen energi mengalami deflasi sebesar minus 0,12 persen, dengan andil minus 0,01 persen.
Lalu, komponen harga diatur pemerintah (administered price) tercatat deflasi minus 0,15 persen, dengan andil minus 0,03 persen. Sedangkan inflasi inti sebesar 0,04 persen, dengan andil 0,03 persen.
Berdasarkan wilayah, inflasi terjadi di 66 kota dari 90 kota IHK. Sementara 24 kota lainnya mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,04 persen dan terendah di DKI Jakarta, Cirebon, Bekasi, dan Jember masing-masing 0,01 sebesar persen. Sedangkan deflasi tertinggi di Manokwari sebesar minus 1,81 persen dan terendah di Surabaya minus 0,02 persen.
(ulf/agt)