Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan resmi menawarkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk dengan seri ST007 mulai 4-25 November 2020. Imbal hasil (yield) sebesar 5,5 persen dengan skema floating.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman menjelaskan skema floating floor artinya tingkat imbal hasil akan mengikuti perkembangan tingkat bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate Bank Indonesia (7DRRR BI).
"Kalau BI rate turun, karena floating, maka harusnya (imbal hasil) ikut turun, tapi floor-nya tidak bisa lebih rendah dari 5,5 prsen. Kalau naik, nanti disesuaikan per tiga bulan," ungkap Luky saat peluncuran ST007 secara virtual, Rabu (4/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luky mengatakan surat utang ini ditawarkan dengan tenor dua tahun dengan skema tidak bisa diperjualbelikan alias non-tradeable. Surat utang diterbitkan untuk pembiayaan proyek pembangunan hijau alias ramah lingkungan atau dikenal sebagai Green Sukuk Ritel.
"Green ini underlying-nya proyek hijau yang mendukung perubahan iklim dan inovasi. Ini juga digunakan untuk pembiayaan APBN dalam rangka pembangunan," katanya.
Selain berskema hijau, Luky memastikan surat utang ini diperjualbelikan dengan asas syariah, mulai dari ketentuan hingga mekanisme akad. Surat utang juga dijamin oleh negara sehingga dapat dipastikan aman dan tidak 'abal'.
"Pemerintah tidak semata-mata menyematkan label syariah, tapi kami kerja sama dengan DSN dan MUI berikan fatwa-nya," tuturnya.
Di sisi lain, sukuk ini juga memiliki keunggulan berupa kemudahan beli. Hal ini didukung dengan jumlah mitra penawaran sukuk mencapai 31 lembaga, mulai dari bank, syariah, fintech, sekuritas, dan lainnya.
Tak ketinggalan, ia menjamin sukuk merupakan instrumen investasi yang aman. Hal ini bukan hanya karena dijamin negara, tapi juga didukung mekanisme yang jelas dan risiko terukur.
Hal ini, sambungnya, sejalan dengan prinsip investasi yang fokus pada 2R, yakni return (imbal hasil) dan risk (risiko). "Tentu investasi inginnya returnnya baik, tapi jangan lupa harus perhatikan risikonya," pungkasnya.