Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Jabar) menawarkan 76 proyek pariwisata kepada investor senilai Rp5,8 triliun dalam West Java Investment Summit (WJIS) 2020. Investasi tersebut diharapkan dapat menggairahkan kembali sektor pariwisata yang tengah terpuruk dampak pandemi covid-19.
"Pariwisata sangat terdampak pandemi. Untuk itu, kami menggali potensi-potensi (pariwisata) di wilayah Jabar. Dalam WJIS, ada 76 potensi investasi pariwisata yang kami angkat di 21 kabupaten/kota," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar Dedi Taufik Kurohman dalam keterangannya, Rabu (18/11).
Keindahan alam yang mempesona, hamparan kebun teh, dan lanskap pantai, menjadi keunggulan destinasi wisata di Jabar. Selain itu, banyak destinasi wisata Jabar menyimpan sejarah peradaban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dedi menyatakan keindahan alam dan sejarah yang tersimpan dapat dimaksimalkan dengan pengembangan dan pembangunan fasilitas. Dengan begitu, destinasi yang ditawarkan dalam WJIS 2020 dapat menjadi primadona wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.
"Kami tawarkan destinasi wisata berbasis air, seperti air terjun dan air panas. Kami tawarkan juga destinasi wisata berbasis alam. Dengan keindahan, destinasi wisata cukup dikembangkan dengan selfie economy (tempat swafoto) itu dapat menarik minat wisatawan," ujarnya.
Selain keindahan, kata Dedi, minat wisatawan nusantara berwisata di Jabar sangat tinggi. Pada 2019, jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke Jabar mencapai 62 juta orang.
Dedi menyatakan, untuk mengembangkan potensi dan memulihkan pariwisata Jabar, investor perlu dilibatkan. Tujuannya agar pengembangan dan pembangunan destinasi wisata dapat diakselerasi.
Keindahan Jabar salah satunya terlihat dari lahan-lahan PT Perkebunan Nusantara (PN) VIII yang berlokasi di Ciater.
Direktur PTPN VIII Mohammad Yudayat mengatakan, pemandangan kebun teh yang memesona dapat dioptimalkan dengan sejumlah pembangunan fasilitas. Dengan begitu, hamparan kebun teh akan memiliki nilai tambah dengan konsep agrowisata.
"Bisnis utama kami adalah komoditas, yaitu teh, sawit, dan karet. Sekarang kami lihat ada kesempatan lain. Ada aset-aset kami yang optimalisasinya rendah, dan bisa kami kembangkan (menjadi destinasi wisata)," katanya.
PTPN VIII mengelola lahan ribuan hektare untuk berbagai komoditas. Sekitar 90 persen lahan PTPN VIII berada di Jabar. Mayoritas lahan yang dikelola PTPN VIII menyajikan keindahan alam dan menyimpan sejarah.
Lihat juga:BKPM Bidik Investasi Rp4.983,2 T Hingga 2024 |
Yudayat mengatakan akan mengembangkan lahan di Ciater lewat kerja sama dengan berbagai skema. Tujuannya agar hamparan kebun di Ciater memiliki nilai ekonomi di sektor pariwisata tanpa mengubah fungsi lahan.
"Selain pemandangan, ada nilai sejarah di lahan PTPN. Kalau ada yang pernah ke Boscha, Boscha itu dimakamkan di lahan PTPN. Sejarahnya tinggi. Kami pernah mendapatkan wisatawan mancanegara ingin duduk santai sambil minum teh dan diceritakan sejarah kebun teh yang ada," ucapnya.
Dalam WJIS 2020, PTPN VIII menandatangani nota kesepahaman MoU (Memorandum of Understanding) atau Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan PT Jaswita Jabar terkait pengembangan Ciater Agrotourism.
Direktur Utama PT Jaswita Jabar Deni Nurdyana mengatakan, pihaknya tertarik turut mengembangkan Ciater Agrotourism karena tren wisata berbasis alam terus meningkat dan diminati banyak wisatawan.
"Kalau pariwisata itu yang penting bikin orang happy. Saat pandemi, tren pariwisata itu outdoor, di luar. Kami melihat potensi yang besar. Apalagi PTPN punya potensi yang besar," katanya.