Bank Dunia memberikan bantuan sebesar US$400 juta atau setara Rp5,58 triliun (kurs Rp14.200) untuk mendukung program pemulihan hutan mangrove Indonesia.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, bantuan diberikan sebagai bentuk apresiasi Bank Dunia akan langkah pemerintah RI yang akan merestorasi 640 ribu hektare (Ha) hutan mangrove selama 4 tahun ke depan.
"Proyek ini diapresiasi oleh Bank Dunia yang akhirnya setuju untuk berkontribusi sebesar US$400 juta untuk program ini," ucap Luhut secara daring saat menghadiri Investment Summit, Rabu (25/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya langkah organisasi dunia untuk mendukung Indonesia dalam menjaga lingkungan. Pasalnya, potensi kontribusi Indonesia terhadap carbon pricing atau peran dalam menekan emisi rumah kaca sangat besar.
Indonesia, kata dia, memegang 75-80 persen kredit karbon dunia yang berasal dari hutan hujan tropis, mangrove, terumbu karang, dan lainnya.
Khusus mangrove, Indonesia memiliki 332 juta Ha lahan atau 48 persen dari total hutan mangrove di kawasan Asia, 20 persen dari total mangrove dunia.
"Indonesia mengkontrol 3,31 juta hektare area mangrove atau 20 persen dari hutan mangrove dunia. Kita memiliki 250 spesies mangrove," imbuhnya.
Dalam kesempatan sama, ia juga menyinggung soal gaya kerja pihaknya yang diklaim Luhut kerap kali 'sunyi' hingga dikira tak melakukan apapun dalam berkontribusinya menekan emisi gas rumah kaca.
Luhut mengaku tak suka gembar-gembor dan mengumbar hasil kerjanya. Dia mencontohkan sungai Citarum, Jawa Barat, yang dulunya sempat mendapat kritik pedas namun setelah bersih tak dibesar-besarkan.
"Saya kasih tahu Bank Dunia kalau kami melakukan sesuatu, saya tidak suka banyak bicara, rencana ini itu, jelaskan ini itu untuk terlihat pintar tapi tak ada eksekusi," katanya.