Bos Himbara Jelaskan Beda Krisis Ekonomi 1998 hingga 2020

CNN Indonesia
Kamis, 03 Des 2020 06:38 WIB
Ketua Himbara Sunarso membeberkan beda krisis yang terjadi pada 1998, 2008, 2013, dan 2020. Perbankan mengambil pelajaran dari setiap krisis yang terjadi.
Ketua Himbara Sunarso membeberkan beda krisis yang terjadi pada 1998, 2008, 2013, dan 2020. Perbankan mengambil pelajaran dari setiap krisis yang terjadi. (CNN Indonesia/Yuliyanna Fauzi).
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) Sunarso memaparkan krisis ekonomi pada 2020 berbeda dengan tiga masalah serupa yang menerpa Indonesia sebelumnya. Krisis tahun ini murni disebabkan karena penyakit, yakni covid-19 atau virus corona.

Sementara, sektor keuangan menjadi biang keladi krisis 1998, 2008, dan 2013.

"Krisis kali ini bukan karena keuangan, bukan karena ekonomi sendiri, tapi penyakit," ucap Sunarso dalam diskusi webinar, Rabu (2/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menuturkan pusat krisis juga berbeda. Krisis 1998 terjadi di kawasan Asia, 2008 di Amerika Serikat (AS) dan Eropa, 2013 di Eropa dan negara berkembang, dan 2020 di seluruh dunia.

Saat krisis 1998, nilai tukar rupiah anjlok hingga 540 persen dari Rp2.000 per dolar AS menjadi Rp16 ribu per dolar AS. Lalu, rupiah melemah 13 persen pada krisis 2008 dari Rp9.060 per dolar AS menjadi Rp10.208 per dolar AS.

Kemudian, rupiah kembali melemah hingga 26 persen pada krisis 2013. Rupiah terkoreksi dari Rp9.368 per dolar AS menjadi Rp12.170 per dolar AS. Sementara, rupiah pada 2020 sudah terkoreksi dari Rp13.800 per dolar AS menjadi Rp14.100 per dolar AS.

Saat krisis, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perbankan juga cenderung meningkat. Hal ini khususnya pada krisis 1998 yang mencapai 48,6 persen.

Sedangkan, NPL pada krisis 2008 tak terlalu tinggi, yakni 3,2 persen, pada 2013 sebesar 1,77 persen, dan kuartal II 2020 3,1 persen.

Dampaknya pun berbeda-beda. Krisis 1998 dan 2008 telah berdampak pasar keuangan dan ekonomi, sedangkan krisis 2013 berdampak terhadap nilai tukar rupiah, suku bunga, dan inflasi.

Sementara, krisis 2020 berdampak terhadap hampir seluruh sektor, dari mulai kesehatan, pasar keuangan, ekonomi, rantai pasok, dan daya beli masyarakat. Dari krisis sejak 1998, Sunarso mengakui perbankan mendapatkan banyak pelajaran.

"Sesungguhnya perbankan itu dari krisis ke krisis mendapatkan pelajaran risk management secara baik, maka kemudian risk management kami di perbankan semakin siap merespons berbagai krisis," pungkas Sunarso.

[Gambas:Video CNN]



(aud/sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER