Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) membeberkan bahwa produksi biodiesel di Indonesia sangat terbatas untuk memenuhi target program B30 pemerintah.
Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan mengatakan pada Oktober 2020 produksi biodiesel sebesar 722.627 kiloliter (kl). Padahal, konsumsi domestik mencapai 688.835 kl atau setara 95,32 persen dari produksinya.
Secara total Januari-Oktober, produksi biodiesel tercatat sebesar 7,19 juta kl, sedangkan konsumsi domestiknya sebesar 7,01 jut kl. Sementara, tahun ini pemerintah mematok target implementasi B30 sebanyak 9,6 juta kl.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan B3, maka kapasitas produksi kami mepet betul, kalau memang 9,6 juta kl itu dijalankan full, itu kapasitas kami praktis habis untuk dalam negeri. Jadi ini menjadi salah satu catatan tidak mungkin ekspor karena kami harus utamakan dalam negeri," katanya.
Bahkan, ia mengungkapkan sejumlah produsen menerima pesanan biodiesel dari PT Pertamina (Persero) yang melebihi kapasitasnya. Kondisi ini, lanjutnya, diperkirakan terus berlangsung sampai tahun depan.
"Ada kasus anggota kami mendapatkan PO dari Pertamina itu melebihi kapasitas bulanannya, misalnya pesanan 40 ribu kl, sedangkan kapasitas bulanannya hanya 29 ribu kl, mereka kelabakan beli dari yang lain. Jadi, tidak selalu berhasil dan kami kesulitan," tuturnya.
Untuk diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah melakukan uji coba pendistribusian bahan bakar B30 sejak akhir 2019 lalu. Distribusi B30 melibatkan badan usaha bahan bakar nabati (BUBBN) dan badan usaha bahan bakar minyak (BUBBM).
Berdasarkan data Pertamina, implementasi program B20 dan B30 telah menghemat devisa negara sebesar Rp43,8 triliun pada 2019. Lalu, tahun ini, Pertamina menargetkan penghematan devisa sebesar Rp63,4 triliun dari program B30.