Uang Beredar Tembus Rp6.817,5 T per November 2020

CNN Indonesia
Rabu, 30 Des 2020 11:48 WIB
BI mencatat uang beredar (M2) sebesar Rp6.817,5 triliun per November 2020. Naik 12,2 persen secara tahunan dari November 2019.
BI mencatat uang beredar (M2) sebesar Rp6.817,5 triliun per November 2020. Naik 12,2 persen secara tahunan dari November 2019. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Andry Novelino).
Jakarta, CNN Indonesia --

Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas nasional atau uang beredar dalam arti luas (M2) mencapai Rp6.817,5 triliun pada November 2020. Jumlahnya meningkat 12,2 persen secara tahunan dari November 2019.

Direktur Eksekutif sekaligus Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyatakan peningkatan jumlah uang beredar (M2) didukung jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) yang tumbuh 15,8 persen pada bulan yang sama. Sementara, uang kuasi tumbuh 10,7 persen.

"Berdasarkan faktor yang memengaruhi, pertumbuhan M2 pada November 2020 didorong oleh peningkatan aktiva dalam negeri bersih di tengah perlambatan aktiva luar negeri bersih," kata Erwin dalam keterangan resmi, Rabu (30/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tercatat, aktiva dalam negeri bersih tumbuh 12,9 persen pada November 2020. Sedangkan aktiva luar negeri bersih meningkat 10,3 persen.

Erwin mengungkapkan kenaikan aktiva dalam negeri bersih dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan bersih lain, khususnya pembelian Surat Berharga Negara (SBN) oleh BI.

"Pertumbuhan ekspansi keuangan pemerintah juga masih tinggi," imbuhnya.

Sedangkan pertumbuhan kredit bank masih berada di zona kontraksi, tepatnya minus 1,7 persen menjadi Rp5.453,9 triliun pada bulan lalu. Laju kredit semakin terpuruk setelah sebelumnya minus 0,9 persen pada Oktober 2020.

"Ini sejalan dengan permintaan yang masih belum kuat. Penurunan laju penyaluran kredit kepada debitur korporasi," tuturnya.

Rinciannya, laju kredit korporasi minus 3,4 persen dan kredit perseorangan naik 0,7 persen. Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja (KMK) minus 3,8 persen, kredit investasi tumbuh 0,2 persen, dan kredit konsumsi minus 0,2 persen.

Namun, kredit properti naik 3,7 persen dan kredit konstruksi 3,6 persen. Sementara, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) tumbuh 3,6 persen, sedangkan kredit real estate tumbuh 4,3 persen.

"Terutama untuk KPR tipe 22 sampai 70 di Jawa Barat dan Jawa Timur," jelasnya.

Untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh 11,3 persen menjadi Rp6.401,7 triliun. Namun, DPK melambat dari bulan sebelumnya 11,6 persen.

"Perlambatan DPK terjadi pada nasabah korporasi maupun perorangan," terangnya.

Rinciannya, simpanan berjangka alias deposito melambat dari 8,1 persen menjadi 7,4 persen. Hal ini terjadi karena ada perlambatan deposito valas terutama di DKI Jakarta dan Jawa Timur.

Lalu, pertumbuhan giro melambat dari 19,1 persen menjadi 17,3 persen. Utamanya di giro rupiah di DKI Jakarta dan Papua.

Sebaliknya, tabungan justru meningkat dari 11,2 persen menjadi 12,2 persen karena jumlah tabungan baik rupiah dan valas meningkat di DKI Jakarta dan Jawa Barat.

[Gambas:Video CNN]



(uli/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER