Mengetahui memiliki penyakit yang tak bisa sembuh membuat Theo Ivan Widianto dan keluarganya harus bertahan sekuat tenaga. Tak hanya soal keuangan, namun juga secara emosional.
Thalasemia, nama penyakit yang diidap Theo. Kisah hidupnya bermula dari sakit panas demam yang terus-menerus. Ketika diperiksakan, dokter mendiagnosa Theo yang saat itu berusia 2 tahun menderita anemia.
Namun setelah menerima transfusi darah, panas dan demam Theo belum menunjukkan perubahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari situ kemudian dilakukan cek darah lengkap. Baru ketahuan bahwa saya menderita Thalasemia. Sejak saat itu lah orang tua saya terus melakukan berbagai cara untuk kesembuhan saya," kata Theo.
Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan lewat mutasi genetik yang diwariskan dalam keluarga. Ras dan etnis tertentu disebut meningkatkan risiko penyakit ini. Mutasi yang terjadi pada DNA yang membuat hemoglobin pembawa oksigen ke seluruh tubuh merupakan penyebab seseorang bisa mengidap thalasemia.
"Informasi yang kami terima saat itu, penyakit ini terjadi akibat kelainan pada faktor genetika, tetapi penyebab pasti mutasi gen ini bisa terjadi belum diketahui. Pada awalnya orang tua saya mengobati saya di rumah sakit (RS) swasta dengan biaya yang tidak sedikit. Bahkan untuk biaya, orang tua saya menjual aset dan barang-barang yang dimiliki keluarga karena pengobatan thalasemia cukup mahal," ujar Theo.
Dari perawatan di RS swasta, Theo berpindah ke RS Dr. Soetomo karena biaya yang relatif lebih rendah, meski tetap besar. Pada medio 2014-2015, dokter menyarankan Theo mendaftar di program JKN-KIS.
"Agar pengobatan saya dapat dijamin penuh, karena penyakit ini akan bersama saya terus sepanjang hidup," katanya.
Theo menyebut kehadiran JKN-KIS membuat orang tuanya lebih tenang. Terdaftar sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari Pemkot Surabaya, seluruh biaya pengobatan dan perawatan akan ditanggung BPJS Kesehatan.
"Ya ibaratnya, hidup saya tergantung pada BPJS Kesehatan. Karena penderita thalasemia harus melakukan pengobatan seumur hidup. Sejauh ini pelayanan yang saya terima baik-baik saja, tidak ada diskriminasi sama sekali dan tidak dipersulit," kata Theo.
Ia mengaku begitu terbantu oleh program JKN-KIS. Setiap kali berobat yang dilakukan sebulan sekali, Theo dikenai biaya rata-rata sekitar Rp1,5 juta untuk perawatan dan sekitar Rp6 juta untuk obat. Sebelumnya, ia juga melakukan kontrol rawat jalan sebulan tiga kali.
"Jadi bisa dibayangkan kalau tidak ada program JKN-KIS yang menjamin biaya pengobatan saya, tentu saya tidak dapat bertahan lebih lama, karena tentu kami mungkin telah kehabisan biaya untuk berobat. Terima kasih JKN-KIS," ungkap Theo.
(rea)