Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.020 per dolar AS di perdagangan pasar spot Jumat (8/1) sore. Mata uang Garuda melemah 110 poin atau 0,79 persen dibanding Rp13.910 persen pada Kamis (7/1).
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.058 per dolar AS atau melemah dari Rp13.938 per dolar AS pada Kamis kemarin.
Pelemahan hari ini membuat rupiah menjadi mata uang Asia yang berada di zona merah paling dalam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain rupiah, mata uang Asia yang juga melemah dari dolar AS, yaitu won Korea Selatan minus 0,26 persen, yen Jepang minus 0,14 persen, rupee India minus 0,13 persen, dolar Singapura minus 0,08 persen, peso Filipina minus 0,01 persen, dan baht Thailand minus 0,01 persen.
Sedangkan, dolar Hong Kong menguat 0,01 persen, ringgit Malaysia 0,06 persen, dan yuan China 0,1 persen.
Begitu pula, dengan mayoritas mata uang utama negara maju, kompak melemah dari mata uang negeri Paman Sam. Dolar Australia minus 0,01 persen, franc Swiss minus 0,25 persen, dan euro Eropa minus 0,33 persen.
Namun, dolar Kanada stagnan. Sementara, rubel Rusia menguat 0,23 persen dan poundsterling Inggris 0,11 persen.
Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong melihat pelemahan nilai tukar rupiah hari ini yang lebih buruk dari mata uang Asia lainnya dipengaruhi oleh sentimen domestik. Sentimen itu berupa peningkatan kasus virus corona atau covid-19 di Indonesia.
Kemarin, Indonesia mencetak rekor pertambahan kasus harian baru, yakni mencapai 9.321 kasus dalam sehari. Kemudian hari ini, pertambahan kasus mencetak rekor baru lagi, 10.617 kasus dalam sehari.
Selain itu, pelaku pasar juga merespons rencana kebijakan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa Bali pada 11-25 Januari 2021 mendatang.
Kebijakan ini serupa dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sempat diterapkan pemerintah pada awal pandemi pada Maret 2020.
"Masalah covid-19 yang meningkat serta penerapan PSBB yang lebih ketat mempengaruhi rupiah," ungkap Lukman kepada CNNIndonesia.com.
Sementara dari global, rupiah turut melemah karena dolar AS tengah perkasa. Hal ini turut menekan mata uang negara lain."Tapi ini sementara saja menekan rupiahnya, tidak akan dalam," pungkasnya.