Pengusaha Hotel 'Meringis' Karena Meeting Virtual

CNN Indonesia
Kamis, 28 Jan 2021 17:07 WIB
Pengusaha hotel menyebut bukan cuma okupansi hotel yang rendah, yaitu 30 persen per November, tapi juga ballroom yang biasanya digunakan meeting.
Pengusaha hotel menyebut bukan cuma okupansi hotel yang rendah, yaitu 30 persen per November, tapi juga ballroom yang biasanya digunakan meeting. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Bisma Septalisma).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pengusaha hotel 'meringis' karena pertemuan di era pandemi covid-19 dilakukan secara virtual. Akibatnya, ballroom atawa ruangan multifungsi yang disewakan di hotel banyak yang tidak laku.

"Sekarang, meeting jadi virtual. Yang punya ballroom di hotel itu pada repot," ujar Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani, di acara Media Group News Summit Indonesia 2021, Kamis (28/1).

Tak cuma ballroom hotel, okupansi atau tingkat keterisian kamar hotel pun masih jongkok. Per November 2020, okupansinya cuma 31,65 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebenarnya sempat naik lumayan 40,45 persen pada Oktober karena ada long weekend (libur panjang akhir pekan). Tapi setelah itu turun lagi," imbuh Hariyadi.

Menurut dia, tanpa long weekend, okupansi hotel berada di kisaran 30 persen di era pandemi covid-19. "Tapi, yang tidak enaknya, setiap habis long weekend, pariwisata ini pasti dituduh menimbulkan klaster baru covid-19," jelasnya.

Pun demikian, masing-masing daerah memiliki tingkat okupansi yang berbeda. Catatannya, daerah yang paling minim okupansinya adalah Bali.

"Bali sempat single digit. Yang buka tinggal 10 persen dari sekitar 10 ribu kamar hotel di sana," tutur dia.

Realisasi tersebut, sambung Hariyadi, lebih parah dari tahun sebelumnya, ketika okupansi terpukul dampak kenaikan harga tiket pesawat. Tapi, ia tidak memiliki angka pastinya.

Berdasarkan data tingkat penghunian kamar (TPK) Badan Pusat Statistik (BPS), okupansi hotel pada 2019 lalu di kisaran 59,39 persen.

Hariyadi memprediksi okupansi hotel belum akan tumbuh tinggi, mengingat masih ada tantangan yang dihadapi sektor perhotelan. Mulai dari pembatasan sosial (PPKM), kekhawatiran kenaikan kasus covid-19, tingginya biaya perjalanan, termasuk lemahnya daya beli masyarakat.

[Gambas:Video CNN]



(uli/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER