Jalan Pintas Bank Jangkau Wong Cilik

sfr | CNN Indonesia
Jumat, 05 Feb 2021 08:54 WIB
Marketplace menjadi perpanjangan tangan bank untuk menyalurkan kredit ke pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
UMKM tidak hanya memerlukan akses permodalan tetapi juga pasar pembianaan dan pelatihan. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi).

Akses Modal Saja Tidak Cukup

Marketplace bisa menjadi perpanjangan tangan bank dalam menjangkau pelaku UMKM. Hanya saja, terbukanya akses belum tentu menarik minat pelapak untuk meminjam kepada perbankan mengingat utang merupakan sesuatu yang kerap diasosiasikan negatif di tengah masyarakat.

Berdasarkan pantauan penulis di lapangan, alasannya beragam mulai dari tak ingin membayar bunga yang tinggi, takut tak bisa membayar cicilan, tak ingin ribet memenuhi persyaratan hingga was-was dikejar rentenir apabila gagal bayar.

Hal itu salah satunya diungkap oleh Budi Setiawan. Selama pandemi, omzet dari kios pakaiannya anjlok hampir 80 persen. Lesunya permintaan membuat pria paruh baru ini terpaksa menutup tiga dari lima kios yang selama ini dikelola di Tanah Abang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi mengaku belum pernah meminjam uang di bank, terutama untuk modal berdagang. Ia merasa meminjam dari teman atau kerabat lebih cepat dan aman. Padahal, bunga yang dikenakan belum tentu lebih rendah dari perbankan.

"Saya anti (utang ke bank), orang tua saya anti. Nanti urusannya panjang," kata Budi.

Pengamat Ekonomi Center of Reforms on Economics Piter Abdullah mengungkapkan anggapan utang ke bank melulu negatif tak lepas dari masih rendahnya literasi keuangan masyarakat. Hal itu tercermin dari hasil survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ketiga OJK pada 2019 yang menunjukkan indeks literasi keuangan cuma 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan 76,19 persen. 

Padahal, jika dikelola dengan baik, utang usaha  bisa menjadi katalis UMKM untuk tumbuh. Misalnya, meningkatkan kapasitas produksi sehingga biasa produksi per unit menjadi lebih murah.

"Banyak masyarakat kita tidak mengenal perbankan dan tidak memiliki akses ke perbankan, terutama dalam hal kredit," kata Piter.

Melihat fakta itu, Piter kembali mengingatkan kolaborasi banyak pihak untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Tanpa literasi yang cukup, pelaku usaha kecil bisa gegabah dalam berutang. Ujung-ujungnya malah buntung.

Terlepas dari itu, kolaborasi antara perbankan dan marketplace patut diapresiasi sebagai suatu hal yang positif. Berjualan di marketplace sebenarnya membuka jalan bagi usaha kecil untuk berkenalan dengan sistem keuangan dan administrasi.

Saat menjadi mitra marketplace, pelapak dikenalkan dengan sistem pembayaran online hingga laporan transaksi penjualan yang bisa diakses secara realtime. Hal itu nantinya akan membantu pelapak jika ingin mengajukan kredit ke bank.

Ketua Asosiasi UMKM Ikhsan Ingratubun menilai posisi marketplace perantara penjual dan pembeli memang strategis. Dari sisi penjual, marketplace bisa membantu memperluas pasar dan membuka akses permodalan. "Ibarat one stop service, akses pemasaran dan permodalan diberikan," kata Ikhsan.

Hanya saja, kata Ikhsan, kedua akses itu belum cukup, masih ada aspek pembinaan dan pelatihan yang perlu didukung oleh pemerintah. Tanpa pembinaan dan pelatihan, UMKM bisa terkendala dalam menjaga keberlangsungan usahanya.

Tak hanya itu, aspek permintaan juga perlu menjadi sorotan. Selama pandemi, konsumsi masyarakat turun. Tak heran, alih-alih menambah utang, banyak UMKM yang mengajukan restrukturisasi alias minta keringanan cicilan. Mengutip data OJK, hingga akhir tahun lalu, restrukturisasi kredit untuk sektor UMKM mencapai Rp386,6 triliun berasal dari 5,8 juta debitur. 

Oleh karena itu, Ikhsan berharap pemerintah mampu mengendalikan covid-19 dengan menegakkan protokol kesehatan hingga menggelar vaksinasi. "Kalau mampu dikendalikan covid-19 nya, yang lain akan mengikuti," pungkasnya.



(asa)

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER