Jakarta, CNN Indonesia --
"Saya awalnya online dulu sih, terus baru buka di Tanah Abang untuk mencari pasar yang lebih besar," kata Stephen, pedagang baju Tenabang, pada suatu siang.
Ia menyewa kios itu pada awal tahun lalu. Malang, belum tiga bulan, pandemi corona menghantam. Satu per satu kios di kiri-kanan nya tutup. Pusat tekstil terbesar Asia Tenggara yang biasanya hirup pikuk itu, kini sepi.
Stephen beruntung. Ia bisa bertahan dengan berjualan pakaian melalui lokapasar atau marketplace. Berbekal laptop, jaringan internet, dan akun seller pada dua marketplace ternama, ia melayani pesanan grosir dari puluhan 'Admin', pengecer busana online untuk para 'Sis'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya memasok ke toko-toko yang berbasis online," jelasnya.
Stephen tak bisa membayangkan apabila corona mewabah saat tidak ada aplikasi belanja online seperti sekarang. Ia pasti kelimpungan untuk membayar sewa kiosnya yang mencapai puluhan juta per tahun.
Belanja online naik daun selama pandemi. Maklum, pemerintah menerapkan pembatasan aktivitas sosial yang membuat masyarakat lebih banyak di rumah. Berdasarkan data Bank Indonesia, jumlah transaksi e-commerce meningkat hampir dua kali lipat, yaitu dari 80 juta transaksi pada 2019 menjadi 140 juta transaksi sampai Agustus 2020.
Ketika sebagian besar sektor lain memble, jumlah pengunjung web tiga marketplace terbesar di Indonesia, Shopee, Tokopedia dan Bukalapak, melesat. Riset iPrice mencatat, per kuartal III 2020, rata-rata jumlah pengunjung bulanan ketiga platform mencapai 212,8 juta atau melonjak 29 persen dari periode yang sama tahun lalu, 164,6 juta.
 Stephen bisa bertahan di Tanah Abang karena fokus memasok baju untuk pengecer online. (CNN Indonesia/ Safyra Primadhyta). |
Marketplace juga menawarkan cara instan bagi siapapun yang ingin menjadi wirausaha. Suatu alternatif yang relevan di tengahnya maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan.
Tokopedia, misalnya, jumlah penjual yang terdaftar hingga akhir tahun lalu lebih dari 9,9 juta penjual, meningkat dari tahun sebelumnya yang masih berkisar 7 jutaan. "Hampir 100 persen adalah UMKM, bahkan 94 persen berskala mikro," kata VP of Corporate Communication Tokopedia Nuraini Razak.
Hal sama juga terjadi pada Bukalapak. Dalam temu media yang digelar awal Januari lalu, CEO Bukalapak Rachmat Kaimudin mengungkapkan jumlah pelapak online perusahaan meningkat dari kisaran 5 juta menjadi lebih dari 6 juta pelapak di mana mayoritasnya adalah UMKM.
Sementara itu, perbankan nasional punya kewajiban untuk menyalurkan minimal 20 persen dari total portofolio kredit kepada UMKM. Pekerjaan rumah itu tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.17/12 Tahun 2015 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Sejak 2017, Bank Indonesia mencatat rasio kredit UMKM terhadap total kredit tertahan di kisaran 20 persen secara industri. Khusus tahun lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan penyaluran kredit UMKM mencapai Rp1.088 triliun dari total kredit yang berkisar Rp5.480 triliun.
 Porsi penyaluran kredit UMKM di Indonesia tertahan di kisaran 20 persen selama beberapa tahun terakhir. (CNN Indonesia/Basith Subastian). |
Porsi penyaluran kredit itu relatif kecil apabila dibandingkan dengan negara tetangga. Mengutip laporan 'Financing SMEs and Entrepreneurs 2020 : An OECD Scoreboard', porsi penyaluran kredit ke UMKM di Malaysia dan Thailand sudah mencapai 50 persen. Sementara itu, Jepang dan Korea Selatan masing-masing 66 persen dan 81 persen.
Jika dilihat lebih lanjut, tertahannya porsi kredit UMKM di Indonesia bisa terjadi karena selama ini mayoritas penyaluran dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI. Per September 2020 saja bank yang identik dengan 'wong cilik' itu menyalurkan kredit UMKM sekitar Rp754,3 triliun atau setara dengan 80,65 persen dari total kreditnya.
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat menilai hal itu terjadi lantaran setiap bank memiliki segmen pasar yang berbeda. Ada bank yang bisnisnya fokus pada pembiayaan usaha kecil, seperti BRI. Untuk menunjang bisnisnya, BRI memiliki banyak kantor cabang dan unit pembantu hingga ke pelosok daerah. Sementara, ada bank yang fokus menyalurkan kredit pada korporasi maupun konsumer. Konsekuensinya, jumlah kantor cabang juga terbatas di kota-kota besar.
"Untuk bank-bank tertentu kan kantornya hanya tertentu saja sedangkan UMKM kan harus beredar ke mana-mana," ujar Teguh kepada penulis.
[Gambas:Video CNN]
Gandeng Marketplace
UMKM sendiri memiliki peran penting terhadap perekonomian. Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM tahun lalu mencapai 64 juta atau setara dengan 99 persen unit usaha di Indonesia. Meski kontribusinya terhadap perekonomian sekitar 57 persen, perannya terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai 97 persen. Artinya, kejatuhan UMKM bakal menimbulkan berbagai persoalan mulai dari perlambatan laju ekonomi, pengangguran hingga kemiskinan.
Tak ayal, Teguh mendukung upaya bank yang ingin meningkatkan porsi penyaluran kredit mereka kepada usaha kecil saat pandemi, salah satunya dengan berkolaborasi bersama marketplace. Wasit jasa keuangan itu telah memasang rambu-rambu kerja sama itu. Salah satunya dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 12/POJK.03/2018 tentang Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital oleh Bank Umum.
Dalam Pasal 8 POJK 12/2018, bank umum bisa bekerja sama dengan mitra dalam penyediaan layanan perbankan digital berdasarkan perjanjian kemitraan. Mitra bank tersebut dapat berupa lembaga jasa keuangan (LJK) maupun lembaga non-LJK. Kemudian, Pasal 13 beleid yang sama mengatur cakupan layanan bisa berupa layanan informatif, layanan transaksional dan/atau layanan lain berdasarkan persetujuan OJK.
"Sekarang ketemu fisik sudah berkurang mau tidak mau harus berinovasi dengan digitalisasi," ujar Teguh.
Direktur Shopee Christin Djuarto menyadari pentingnya pemulihan UMKM agar roda perekonomian Indonesia dapat terus berputar. Untuk itu, sampai saat ini, Shopee menjadi perpanjangan tangan dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan BRI untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
"Hingga saat ini, program penyaluran KUR bersama dengan beberapa bank sudah berhasil menjangkau ribuan pengusaha mikro di platform kami," kata Christin.
Langkah serupa juga diambil Bukalapak melalui BukaModal. Melalui fitur itu, pelapak mendapatkan bantuan modal kerja dari berbagai mitra perusahaan di antaranya Akseleran, Investree, Modalku, Koinworks, Taralite dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
"Pelapak memiliki keleluasaan untuk memilih partner pinjaman baik fintech ataupun bank, apabila memenuhi kriteria yang ditentukan oleh masing-masing penyedia pinjaman kami," ujar Head of Investment & Financing Solutions Bukalapak Dhinda Arisyiya.
Rata-rata bunga yang diberikan oleh rekanan pembiayaan BukaLapak kepada pelapak adalah berkisar dari 0,75 persen hingga 2,1 persen setiap bulannya. Besaran bunga bergantung ketetapan dari masing-masing rekanan dan profil risiko pelapak.
Dinda mengatakan jumlah mitra yang menjadi debitur layanan itu masih relatif kecil karena cuma berkisar ribuan. Ia menduga hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kemungkinan perubahan fokus para pelapak dalam mengembangkan bisnisnya, ataupun proses asesmen penyedia pinjaman pada masa pandemik yang lebih selektif dan ketat.
Tokopedia juga berperan sebagai jembatan penghubung antara para penjual dengan BRI dalam menyalurkan KUR super mikro pemerintah. VP of Fintech and Payment Tokopedia Vira Widiyasari mengungkapkan pegiat usaha lokal, khususnya UMKM yang baru mulai selama kurang dari 6 bulan, sudah bisa mengajukan program tersebut. Suku bunga yang ditawarkan adalah 6 persen per tahun dengan batas maksimum kredit Rp10 juta dan total akumulasi plafon tidak dibatasi.
"Tokopedia menginformasikan program KUR Super Mikro kepada para penjual melalui kanal komunikasi internal, seperti link untuk pengajuan," kata Vira.
Pencatatan transaksi penjualan otomatis oleh marketplace memang membantu dalam melihat kinerja usaha online debitur. Marketplace bisa mengirimkan notifikasi khusus kepada mitra penjual yang dianggap layak. Indikatornya berupa rata-rata nilai transaksi penjualan selama periode tertentu.
Hal itu sudah dirasakan oleh Bank Mandiri. Saat ini, bank pelat merah itu bekerja sama dengan platform Shopee, Bukalapak dan Tokopedia dalam penyaluran KUR, termasuk kredit mikro.
 Rata-rata suku bunga kredit UMKM di sejumlah negara. (CNN Indonesia/Basith Subastian). |
Dalam kerja sama itu, perseroan dapat memberikan penawaran fasilitas kredit kepada pelaku usaha online hingga Rp25 juta untuk KUR Mikro dan maksimal Rp500 juta untuk KUR Kecil, dengan tenor kredit hingga 5 tahun. Selanjutnya pengajuan fasilias kredit tersebut dikirimkan ke sistem bank secara digital.
SVP Micro Development and Agent Banking Bank Mandiri Ashraf Farahnaz mengungkapkan tahun lalu perseroan telah memberikan fasilitas kredit kepada pelaku UMKM di marketplace senilai Rp21,73 miliar. Rata-rata fasilitas kredit yang diberikan sebesar Rp40 juta per debitur, dengan tingkat suku bunga yang bersaing pada masing-masing marketplace.
"Dengan proses kredit yang seamless ini kami dapat memberikan layanan yang lebih cepat dan mudah tanpa nasabah perlu datang ke cabang bank," ujarnya,
Dari sisi nominal, kredit yang disalurkan melalui platform digital itu memang masih sangat kecil. Sebagai pembanding, hingga kuartal III 2020, penyaluran KUR bank berlogo pita emas ini telah mencapai Rp14,74 triliun.
Namun demikian, perseroan menilai strategi itu bisa menjadi cara untuk memperluas target pasar dan menjawab kebutuhan pasar dengan risiko yang terjaga. Langkah ini juga sejalan dengan upaya perseroan yang ingin meningkatkan porsi kredit UMKM menuju 40 persen dari posisinya saat ini yang masih di kisaran 33 persen.
"Melihat industri marketplace yang semakin berkembang, adanya peningkatan transaksi di e-commerce yang cukup signifikan karena shifting behaviour konsumsi masyarakat, kami melihat kebutuhan pemodalan bagi para pelaku usaha online ini untuk meningkatkan penjualannya," terang Ashraf.
Perseroan juga terus menjajaki berbagai peluang sinergi dengan marketplace lainnya. Ia berharap, ke depan, marketplace bisa memberikan dengan cepat informasi terkini mengenai kelangsungan usaha para merchant yang telah menjadi debitur perusahaan. Hal ini diperlukan sebagai bahan monitoring dan kontrol bank dalam menjadi portofolio.
Tak hanya Bank Mandiri, BRI juga menggandeng sejumlah warung digital untuk menyalurkan KUR di antaranya Shopee dan Tokopedia. Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto menerangkan inovasi ini dilakukan untuk meningkatkan layanan digital perseroan dan mempercepat penyaluran KUR di tengah pandemi. Tentu saja, hal itu tidak terlepas dari perubahan pasar dan meningkatnya transaksi masyarakat melalui e-commerce.
"Seiring dengan meningkatnya tren transaksi melalui platform digital, BRI optimistis penyaluran KUR melalui platform digital ke depan akan lebih tinggi dari tahun sebelumnya," jelas Aestika.
PT Bank Commonwealth Tbk juga tak ingin ketinggalan untuk beradaptasi dengan maraknya transaksi perdagangan online dengan meluncurkan fasilitas kredit tanpa agunan untuk modal kerja, CommbankBizloan, sejak 2015. Fasilitas itu khusus untuk pedagang pengusaha/merchant dari mitra yang telah bekerjasama dengan perusahaan,
"Kami menawarkan proposisi pinjaman modal kerja yang fleksibel dan terjangkau kepada nasabah UMKM kami dengan kisaran ukuran pinjaman antara Rp10 juta hingga Rp200 juta, dan tingkat bunga antara 1,19 persen hingga 1,49 persen dengan suku bunga tetap per bulan," papar SVP Head of Digital Lending Business Bank Commonwealth Dian Sofiarani.
Saat ini, perusahaan tengah bermitra dengan layanan pembayaran cashlez dan MOKA. Kedua aplikasi itu bisa membantu dalam melihat debitur yang layak berdasarkan transaksi penjualan. Sebelumnya, perusahaan juga pernah bekerja sama dengan Tokopedia untuk menyalurkan fasilitas tersebut kepada pelapak online raksasa marketplace itu.
[Gambas:Video CNN]
Dian mengatakan langkah strategis itu sejalan dengan misi perusahaan untuk menjadi pemain terdepan dalam menyediakan solusi keuangan digital bagi nasabah ritel dan UKM. Hal itu juga sejalan dengan tujuan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan finansial nasabah dan masyarakat.
Kanal kredit mikro itu juga dibarengi dengan upaya mendukung program literasi dan inklusi keuangan UMKM, di antaranya melalui program Womenpreneur Indonesia for Sustainability and Empowerment (WISE). Anak usaha bank asal Australia ini juga memperkenalkan platform mentoring digital yang menghubungkan wirausahawan dengan profesional berpengalaman dari berbagai industri, Micromentor.
"Pada tahun pertama sejak diluncurkan, Micromentor menjangkau 4.000 pengusaha di seluruh Indonesia. Namun, dampak sebenarnya adalah terciptanya hampir 1.200 pekerjaan dan mentee yang melaporkan peningkatan pendapatan hampir 20 persen," ujarnya.
 Marketplace menjadi perpanjangan tangan bank dan fintech untuk menjangkau pelaku UMKM secara daring. (CNN Indonesia/Timothy Loen). |
Akses Modal Saja Tidak Cukup
Marketplace bisa menjadi perpanjangan tangan bank dalam menjangkau pelaku UMKM. Hanya saja, terbukanya akses belum tentu menarik minat pelapak untuk meminjam kepada perbankan mengingat utang merupakan sesuatu yang kerap diasosiasikan negatif di tengah masyarakat.
Berdasarkan pantauan penulis di lapangan, alasannya beragam mulai dari tak ingin membayar bunga yang tinggi, takut tak bisa membayar cicilan, tak ingin ribet memenuhi persyaratan hingga was-was dikejar rentenir apabila gagal bayar.
Hal itu salah satunya diungkap oleh Budi Setiawan. Selama pandemi, omzet dari kios pakaiannya anjlok hampir 80 persen. Lesunya permintaan membuat pria paruh baru ini terpaksa menutup tiga dari lima kios yang selama ini dikelola di Tanah Abang.
Budi mengaku belum pernah meminjam uang di bank, terutama untuk modal berdagang. Ia merasa meminjam dari teman atau kerabat lebih cepat dan aman. Padahal, bunga yang dikenakan belum tentu lebih rendah dari perbankan.
"Saya anti (utang ke bank), orang tua saya anti. Nanti urusannya panjang," kata Budi.
Pengamat Ekonomi Center of Reforms on Economics Piter Abdullah mengungkapkan anggapan utang ke bank melulu negatif tak lepas dari masih rendahnya literasi keuangan masyarakat. Hal itu tercermin dari hasil survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ketiga OJK pada 2019 yang menunjukkan indeks literasi keuangan cuma 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan 76,19 persen.
Padahal, jika dikelola dengan baik, utang usaha bisa menjadi katalis UMKM untuk tumbuh. Misalnya, meningkatkan kapasitas produksi sehingga biasa produksi per unit menjadi lebih murah.
"Banyak masyarakat kita tidak mengenal perbankan dan tidak memiliki akses ke perbankan, terutama dalam hal kredit," kata Piter.
Melihat fakta itu, Piter kembali mengingatkan kolaborasi banyak pihak untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Tanpa literasi yang cukup, pelaku usaha kecil bisa gegabah dalam berutang. Ujung-ujungnya malah buntung.
Terlepas dari itu, kolaborasi antara perbankan dan marketplace patut diapresiasi sebagai suatu hal yang positif. Berjualan di marketplace sebenarnya membuka jalan bagi usaha kecil untuk berkenalan dengan sistem keuangan dan administrasi.
Saat menjadi mitra marketplace, pelapak dikenalkan dengan sistem pembayaran online hingga laporan transaksi penjualan yang bisa diakses secara realtime. Hal itu nantinya akan membantu pelapak jika ingin mengajukan kredit ke bank.
Ketua Asosiasi UMKM Ikhsan Ingratubun menilai posisi marketplace perantara penjual dan pembeli memang strategis. Dari sisi penjual, marketplace bisa membantu memperluas pasar dan membuka akses permodalan. "Ibarat one stop service, akses pemasaran dan permodalan diberikan," kata Ikhsan.
Hanya saja, kata Ikhsan, kedua akses itu belum cukup, masih ada aspek pembinaan dan pelatihan yang perlu didukung oleh pemerintah. Tanpa pembinaan dan pelatihan, UMKM bisa terkendala dalam menjaga keberlangsungan usahanya.
Tak hanya itu, aspek permintaan juga perlu menjadi sorotan. Selama pandemi, konsumsi masyarakat turun. Tak heran, alih-alih menambah utang, banyak UMKM yang mengajukan restrukturisasi alias minta keringanan cicilan. Mengutip data OJK, hingga akhir tahun lalu, restrukturisasi kredit untuk sektor UMKM mencapai Rp386,6 triliun berasal dari 5,8 juta debitur.
Oleh karena itu, Ikhsan berharap pemerintah mampu mengendalikan covid-19 dengan menegakkan protokol kesehatan hingga menggelar vaksinasi. "Kalau mampu dikendalikan covid-19 nya, yang lain akan mengikuti," pungkasnya.
[Gambas:Video CNN]