Tak berapa lama, ia mendapatkan telepon dari petugas BRI untuk memenuhi sejumlah persyaratan mulai dari fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP), fotocopy kartu keluarga, fotocopy surat nikah, pas foto, hingga Surat Keterangan Usaha dari RT/RW. Dokumen-dokumen itu harus ia pindai dan kirimkan melalui surat elektronik.
"Setelah memenuhi syarat, saya ditelepon lagi. Saya dikasih tahu 'Bu, bisa dapat tapi enggak bisa dapat Rp20 (juta) tetapi cuma bisa Rp10 (juta)' terus dikasih tahu tenor 2 tahun dengan cicilan Rp450 ribu sekian per bulan," papar wanita berusia kepala tiga ini.
Petugas lalu mengirimkan dokumen berisi akad kredit yang harus ditandatangani secara elektronik dan dikembalikan melalui email. Kurang dari seminggu, pinjaman itu cair tanpa potongan biaya apapun. Bunga yang dikenakan pun ringan cuma 6 persen per tahun, tanpa agunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pinjam Rp10 juta, benar-benar Rp10 juta yang dikasih," ujarnya.
Selain dari KUR, saat ini, Renica juga mengambil pinjaman Rp20 juta dari salah satu mitra Shopee yang ia cicil per bulan. Pencairannya cepat, hanya sehari karena platform itu sudah memiliki data penjualan dari lapaknya. Hanya saja, bunganya lebih tinggi yaitu sekitar 1 persen per bulan, dengan tenor lebih singkat, cuma 6 bulan. Ia mengambil pinjaman itu karena tak yakin bisa dengan cepat mengajukan lagi pinjaman ke bank mengingat cicilan KUR terdahulunya belum lunas.
Kini, usaha Renica kian berkembang. Hal itu ditandai dengan nilai omzet bulanan yang sudah mencapai Rp60 juta hingga Rp100 juta per bulan. Pelanggannya tak hanya berasal dari Pulau Jawa, tetapi dari berbagai penjuru nusantara. Ia juga sudah memberdayakan dua orang warga sekitar yang baru lulus SMA untuk membantu siaran dan pengepakan.
Ke depan, Renica ingin membesarkan lagi usahanya dengan memiliki toko fisik. Dengan demikian, Renica bisa memiliki sumber kas baru dan bisa mengoptimalkan perputaran stok barang.
Kisah Syafrudin dan Renica mengggambarkan cara pandang dua generasi berbeda dalam melihat utang kepada perbankan. Syafrudin beranggapan uang kepada bank merupakan suatu hal yang perlu dihindari. Lebih baik, ia meminjam kepada kerabat daripada pusing menyiapkan beragam dokumen dan was-was diuber rentenir bila telat membayar. Kemudahan yang ditawarkan oleh bank dan marketplace tak membuatnya tertarik meminjam uang untuk menambah modal usaha.
Sebaliknya, Renica, tipikal generasi milenial yang melek teknologi. Dengan cepat ia beradaptasi dan memanfaatkan informasi di genggaman untuk merintis usaha. Kolaborasi antara perbankan dan marketplace sukses membantu Renica untuk, tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh di saat pandemi.
Berutang melalui marketplace untuk menambah modal usaha seperti Renica tentu ada risikonya. Meski prosesnya cepat, pelapak online perlu mempertimbangkan sejumlah hal sebelum mengajukan pinjaman. Berikut tip bagi pelapak pemula yang dihimpun penulis.
Sebelum meminjam, pelapak harus mengetahui tujuan penggunaan dari pinjaman. Jangan sampai pelapak hanya tergiur oleh kemudahan yang ditawarkan karena, setelah meminjam, cicilan dan bunga menjadi tanggungan per bulan.
Calon peminjam juga perlu memperhatikan syarat dan ketentuan dari masing-masing penyedia dana. Hal ini akan membantu dalam memilih penyedia dana yang terbaik dan sesuai dengan kondisi peminjam. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah besaran bunga, waktu pembayaran cicilan, biaya administrasi, dan denda keterlambatan pembayaran.
Direktur Tatadana Consulting Tejasari Asad mengingatkan cicilan dan bunga menambah beban yang ditanggung oleh pelapak setiap bulan. Untuk itu, sebelum meminjam, calon peminjam harus menghitung dengan cermat proyeksi peningkatan laba dan omzet dari pinjaman tersebut.
"Jangan sampai pinjaman bisa menaikkan penjualan tetapi pas-pas saja, hanya cukup mengembalikan bunga dan cicilan pokok," saran dia.
Adakalanya rencana tak sesuai dengan kenyataan. Bisnis yang naik daun di awal tahun bisa tiba-tiba jatuh di akhir tahun. Padahal, cicilan dan bunga wajib dibayar. Jika itu terjadi, calon peminjam harus memikirkan dari mana cicilan bisa dibayar agar tidak terlilit utang berkepanjangan.
"Seandainya gagal bayar, bisa jadi akun kita di-blacklist dari marketplace terkait. Kita siap atau tidak jika seperti itu," kata Perencana Keuangan Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho.
![]() |