Studi: Konsumsi Air Bersih Naik 3 Kali Lipat Saat Pandemi
Hasil riset Indonesia Water Institute (IWI) mengungkapkan konsumsi air bersih meningkat hingga 3 kali lipat selama pandemi covid-19. Kondisi ini disebabkan oleh kebiasaan baru masyarakat, mulai dari mandi setelah beraktivitas hingga mencuci tangan untuk mencegah penularan virus corona.
Pendiri dan Pimpinan IWI Firdaus Ali mengatakan total konsumsi air rumah tangga sebelum pandemi berkisar 415-615 liter per hari per rumah tangga. Setelah pandemi, konsumsinya melonjak menjadi 995-1.415 liter per hari per rumah.
"Benang merah dalam kajian kami meskipun masih kajian awal, peningkatan penggunaan air bersih sampai 3 kali lipat dari keadaan sebelumnya, ini penting disikapi, " ujar Firdaus dalam acara Pola Konsumsi Air Bersih Masyarakat Selama Pandemi Covid-19, Kamis (11/2).
Ia merinci kebutuhan air meningkat untuk kebutuhan mandi dan cuci tangan. Detailnya, kebutuhan air untuk mandi dari 50-70 liter per orang per hari sebelum pandemi, menjadi 150-210 liter saat pandemi. Lalu, untuk cuci tangan sebelumnya 4-5 liter per orang per hari menjadi 20-25 liter saat pandemi.
Sedangkan, konsumsi air untuk masak tetap sebanyak 45-90 liter per hari per rumah dan mencuci baju tidak berubah sebanyak 100-150 liter per hari per rumah.
Menurut Firdaus, kenaikan konsumsi air bersih untuk mandi dan cuci tangan sejalan dengan perubahan kebiasaan masyarakat. Hasil riset menunjukkan jumlah masyarakat yang mencuci tangan lebih dari 10 kali sehari meningkat dari 18 persen sebelum pandemi, menjadi 82 persen selama pandemi.
Sementara itu, jumlah masyarakat yang mencuci tangan 5-10 kali sehari meningkat dari 42 persen sebelum pandemi, menjadi 58 persen selama pandemi.
Lihat juga:Wishnutama Diangkat Jadi Komut Telkomsel |
Lalu, masyarakat yang mandi lebih dari 3 kali sehari, meningkat dari 27 persen sebelum pandemi menjadi 27 persen selama pandemi.
"Ini angka yang mengejutkan bagi kami," ucapnya.
Ironisnya, kata dia, peningkatan konsumsi air bersih itu terjadi ketika sebagian masyarakat mengalami tekanan ekonomi akibat pandemi covid-19.
"Peningkatan konsumsi air bersih juga diikuti dengan peningkatan belanja atau beban ekonomi masyarakat sampai 20 persen untuk membeli air bersih," tuturnya.
Ia mengatakan kajian tersebut dilakukan kepada 1.296 responden yang mayoritas berada di Pulau Jawa, yakni 59 persen. Disusul, responden dari Pulau Sumatera 25 persen, Kalimantan 5,9 persen, Sulawesi 4,2 persen, Papua dan Papua Barat 2 persen.
Kajian dilakukan pada periode 15 Oktober-12 November 2020. Sebanyak 54 persen responden merupakan laki-laki. Kajian ini, kata dia, baru tahap awal sehingga masih bisa dikembangkan, khususnya untuk penduduk di luar Pulau Jawa.