Laba Bukit Asam Susut 41 Persen Jadi Rp2,4 Triliun pada 2020
Laba PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyusut akibat pandemi corona. Perseroan mencatat laba bersih sebesar Rp2,4 triliun sepanjang 2020, turun 41,16 persen dibandingkan dari Rp4,05 triliun pada 2019.
Penurunan laba sejalan dengan menyusutnya pendapatan perseroan. PTBA membukukan pendapatan sebesar Rp17,3 triliun pada 2020, turun 20,48 persen dari Rp21,78 triliun pada 2019.
Sementara itu, aset perusahaan tercatat sebesar Rp24,1 triliun, dengan komposisi kas setara kas dan deposito berjangka di atas 3 bulan sebesar Rp5,5 triliun atau 23 persen dari total aset.
Corporate Secretary PTBA Apollonius Andwie mengatakan pandemi covid-19 menyebabkan penurunan konsumsi energi akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor seperti China dan India.
"Begitu juga dengan kondisi di dalam negeri yang menjadi pasar mayoritas PTBA. Turunnya konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa dan Bali juga berdampak turunnya penyerapan batu bara domestik," ucapnya dalam keterangan resmi, Jumat (12/3).
Harga batu bara sepanjang 2020 juga menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara acuan (HBA) fluktuatif sepanjang 2020.
Berawal di angka US$65,93 per ton di awal Januari 2020 dan sempat menyentuh titik di bawah US$50 per ton pada September 2020, HBA mulai merangkak naik dalam 3 bulan terakhir di 2020 dan menyentuh angka US$59,65 per ton pada Desember 2020.
Kenaikan ini seiring dengan mulai pulihnya permintaan batu bara di pasar global.
"Meskipun begitu rerata HBA sepanjang 2020 merupakan yang terendah selama 4 tahun terakhir dengan berada di level US$58,17 per ton," imbuhnya.
Untuk menjaga dan mencatatkan kinerja positif di tengah volatilitas harga dan berkurangnya permintaan pasokan batu bara, kata Apollonius, PTBA melakukan beberapa upaya salah satunya penurunan biaya usaha dan pengendalian biaya pokok produksi melalui penerapan optimalisasi di setiap lini operasi.
Meski melakukan efisiensi, PTBA tetap mampu memproduksi 24,8 juta ton batu bara hingga Desember 2020 atau 99 persen dari target yang telah disesuaikan menjadi 25,1 juta ton.
Lihat juga:'Orang Terkaya' Baru RI versi Sri Mulyani |
Untuk tahun ini, perseroan menargetkan kenaikan volume produksi menjadi 29,5 juta ton serta kenaikan penjualan dari 26,1 juta ton di 2020 menjadi 30,7 ton di 2021.
Target lainnya adalah meningkatkan investasi dalam mengembangkan diversifikasi usaha hilirisasi batu bara.
"Total investasi yang direncanakan pada 2021 untuk sektor tersebut adalah sebesar Rp3,8 triliun," pungkasnya.