Selain modal usaha, sebagian uang lainnya juga bisa ditabung untuk dana darurat yang bisa digunakan dalam menunjang kebutuhan usaha baru atau keperluan mendadak lainnya. Dalam hal ini, ia menyarankan agar tabungan terpisah dengan uang tabungan untuk kegiatan rekreasi atau konsumtif.
"Berapa persen sih yang harus ditabung perkiraan saya 10-20 persen bisa ditabung. Karena kemungkinan buat generate income dengan sama besarannya dengan income sebelumnya kan tidak mudah," ucapnya.
Cara lain yang perlu dilakukan adalah menahan konsumsi harian atau kegiatan yang bersifat rekreasi. Ia mewanti-wanti jangan sampai 'uang kaget' yang didapatkan mengubah kebiasaan hidup sederhana yang sebelumnya dilakukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentu bukan berarti pembelian barang konsumsi dan kegiatan rekreasi dilarang. Hanya saja, jumlahnya harus dikontrol agar tidak kebablasan dan menghabiskan uang.
"Misalnya sekarang mau lebaran, buat pengeluaran lebih ke belanja buat lebaran boleh. Karena ini kan sebenarnya rejeki ini berkaitan dengan hasil kerja keras selama ini. Nah, nikmati aja karena ini semacam self reward. Supaya makin semangat lagi kerjanya," jelas Andy.
Ia menyarankan pengeluaran untuk konsumsi atau kegiatan rekreasi dibatasi maksimal 10-15 persen.
"Idealnya jangan banyak-banyak. Mungkin 10-15 persen. Kalau dia uang penggantinya banyak taruh lah dia dapat 1 miliar itu saja itu sudah bisa dapat banyak untuk rekreasi," imbuhnya.
Sementara itu, Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Asad menyarankan perlunya sebagian dana disisihkan untuk keperluan investasi.
Bentuknya bisa berbagai macam, mulai dari rumah, sawah, emas hingga saham.
"Supaya enggak habis sebaiknya langsung dibelikan investasi lainnya seperti rumah, sawah, tanah, emas. Kalau tidak segera dibelikan investasi, dan hanya dalam bentuk tabungan, akan habis untuk konsumsi," jelasnya.
Namun, menurutnya, investasi juga perlu diikuti dengan kehati-hatian. Ia menyarankan agar produk investasi yang dipilih bersifat jangka panjang dan rendah risiko.
Artinya, jangan menempatkan dana pada instrumen investasi tertentu dengan hanya melihat pada tawaran return.
"Reksa dana dan saham kalau mereka mengerti boleh saja. Tapi kalau belum mengerti, bisa dalam bentuk properti, emas, deposito yang lebih dimengerti supaya ga salah penempatannya," pungkasnya.