ANALISIS

Banyak Anak Muda 'Nganggur', Waspada Bencana Demografi

CNN Indonesia
Rabu, 05 Mei 2021 07:00 WIB
Bonus demografi bisa menjadi bencana demografi apabila pemerintah tidak bisa menekan tingkat pengangguran di usia muda.
Tingginya tingkat pengangguran usia muda akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).

Mengutip data BPS, tingkat pengangguran terbuka tertinggi justru berasal dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yakni 13,56 persen dan SMA 9,86 persen. Sedangkan, TPT lulusan diploma III 8,08 persen dan universitas 7,35 persen.

"Selanjutnya, ada link and macht antara skill di jenjang pendidikan menengah dan perguruan tinggi dengan kebutuhan industri, karena masalahnya adalah kenapa penyumbang pengangguran paling besar datang dari SMK dan perguruan tinggi," terangnya.

Selain itu, perlu digenjot kembali penciptaan wirausahawan, lantaran rasionya masih kecil yakni hanya 3,1 persen dari total penduduk. Rasio ini merupakan yang terkecil di Asia Tenggara. Lalu, Bhima menilai pemerintah perlu melakukan reformasi pendidikan sehingga lulusan tidak hanya berbekal ilmu, namun juga jiwa kemandirian.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahan Pertumbuhan Ekonomi

Terpisah, Ekonom Universitas Indonesia (UI) Ninasapti Triaswati mengatakan TPT angkatan muda berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Sebab, absennya mereka di dunia kerja ikut mengurangi produksi atau output nasional yang merupakan penggerak perekonomian.

"Kalau orang menganggur pada usia produktif tersebut menunjukkan tidak ada nilai tambah yang dihasilkan pada kelompok itu. Kalau kelompok itu besar, artinya bonus demografi yang harus membuat mesin pertumbuhan ekonomi makin kuat, ini justru semakin lemah," katanya.

Dengan pertimbangan itu, ia memperkirakan target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 4,5 persen-5 persen sulit tercapai.

Belum lagi, selain pengangguran bertambah, tingkat kemiskinan pun melonjak akibat pandemi menjadi 27,55 juta pada September 2020. Jumlah itu membuat tingkat kemiskinan mencapai 10,19 persen dari total populasi nasional.

"Kalau melihat data 2020 ini (pertumbuhan ekonomi 5 persen) sulit dicapai, karena pengangguran tinggi sekali. Tingkat kemiskinan melonjak, jadi perlu kerja luar biasa keras untuk capai target 5 persen," katanya.

Bukan hanya soal TPT usia muda, Indonesia juga dihadapkan pada kenaikan jumlah pekerja di sektor informal. BPS mengungkapkan mayoritas angkatan kerja atau 60,47 persen setara 77,68 juta orang bekerja pada kegiatan informal.

Angka itu naik 4,59 persen dibanding Agustus 2019. Pekerja informal diliputi banyak ketidakpastian serta rentan pada guncangan ekonomi dan politik.

"Pengangguran bukan satunya indikasi Indonesia sakit, tapi yang lebih parah adalah pekerja banyak di sektor informal," terangnya.



(ulf/sfr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER